Menu

Nyanyian Symphony Hitam | Cerpen Naila Aulia

 

6 bulan kemudian…

Riuh tepuk tangan menggema di gedung super mewah yang dihiasi dengan aneka macam bunga dan pernak-penik lainnya. Ruangan ini didekorasi dengan nuansa putih dan kuning gading, menimbulkan kesan soft tapi elegan. Barusan Nares menyematkan sebuah cincin bertuliskan nama dirinya ke kelingking mempelai perempuan, Dania. Hari ini Nares dan Dania resmi bertunangan. Sedangkan resepsi pernikahan akan diadakan dua minggu setelah ini. 

“Aku beruntung bisa bersanding sama kamu, Dan. Kamu perempuan baik. Kamu udah mau sabar buat nuntun aku keluar dari bayang-bayang Delisha. Kamu ada buat aku selama keterpurukanku. Delisha emang nggak salah milihin kamu buat jadi pengganti dia. Makasih, Dan. Makasih banya,” ucap Nares tulus. Laki-laki itu menerawang lurus ke depan. Walaupun bibirnya melengkungkan senyuman, tapi tatapan sendu masih nampak jelas di sana. Dia belum bisa sepenuhnya melepaskan Delisha-nya. Mati-matian ia berusaha mencintai Dania karena surat wasiat yang Delisha tulis sebelum operasi dimulai. Delisha berpesan bahwa jika ia harus berpulang, maka Nares harus menjaga separuh jiwa-nya yaitu Dania. 

Dania meremas jemarinya sendiri karena gelisah. Ia akui bahwa dirinya sangat senang bisa memiliki seorang Nares. Tapi berkali-kali pula ia merasa dihantui rasa bersalah atas kematian Delisha, dan atas surat Delisha yang sebenarnya tidak pernah ada.

 

 

No Responses

Tuliskan komentar