Menu

Perjalanan Doa | Puisi-Puisi Nurul Lathiffah

Perjalanan Doa | Puisi-Puisi Nurul Lathiffah | Sumber: https://strong-indonesia.com/

 

Perjalanan Doa

dalam gerakan bibirmu yang berpuisi
doa melintasi angin, singgah pada matahari
menyapa awan, bercengkerama dengan-
janin-janin hujan.

sementara tak ada yang kutunggu
selain doa berirama kupu-kupu
dari hujan awan
serupa air matamu yang penuh kejernihan

ayah, ibu
lorong demi lorong waktu,
berayun dan melesatkanku
terkadang melemparkanku pada titik rindu

sementara napasmu, kukumpulkan menjadi titik-
titik kata
mendewasakan tabah

semua ini sebab doa yang engkau perjalankan
tegar melintasi cuaca

Sleman, 7 April 2018
 

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Kumpulan Puisi Suku Sastra[/button]

 

Di Wajahmu Ada Hujan Rindu

di wajahmu ada hujan rindu
lantas kau lukis kisah kita di atas lembut wajahmu
tempat di mana jemariku memetik restu

dalam bentangan jarak,
aku kirimkan getar kerinduan
ada degup jiwa yang selalu kau dendangkan
di hatiku
yang tak pernah senyap oleh kata-kata

di wajahku ada hujan rindu
musim kemarau yang tak pernah gersang
musim hujan yang selalu basah

lantas semesta air itu menumbuhkan kuncup senyuman
–apa yang membuatmu selalu tersenyum
meski dalam kepahitan?
(tanyamu suatu ketika)

sebab engkau, selalu menyirami apa pun
bahkan di atas luka
sehingga menumbuhkan senyuman
di bentangan wajahku yang perlahan
semakin senja

Sleman, 20 April 2018

 

 

 

 

 

Lelaki

—di sebuah perjalanan malam hari—

 

riuh rendah cemasmu,
kudengar melalui sekat-sekat kecil
tempat kau membangun jarak, begitu jauh
begitu tinggi

perjalanan di malam hari;
bukankah menurutmu selalu berselimut dingin.

aku masih di sini, menyalakan bara
menunggumu datang

menghitung-hitung detik seirama perjalanan jam
di sebuah perjalanan di malam hari
aku menanti

rinduku sudah tanak, sementara kesetiaan
menyegarkan wajahku
menurunkan embun embun

sunyi mendekap,
duhai lelaki yang akan singgah ketika
kuncup rosela remaja
; riuh rendah cemasmu
melompat, menempat di suhuf hatiku

Sleman, 20 April 2018

 

 

 

 

Ketika Tanpa Kata

; penyair perempuan

 

kadang tak ada kata yang mesti kita layarkan
sebab bila cuaca membadai, ia mungkin karam

sebab bila karam, mungkin ada kecewa
bertamu di rumah jiwa

ketika tanpa kata
apatah kepercayaanku akan terasa?
penyair perempuan,
ketika tanpa kata,
ada syair-syair yang saling kita bahasakan
dalam senyap, dalam gerakan doa

bertaut cinta

Sleman, 20 April 2018
 

 

 

 

 

Pada Kelopak Matamu

;kau simpan basah
lalu kau hujankan sepenuhnya

 

di atas sajadah,
kelopak matamu yang basah
adalah mendung membendung duka
menahan ketabahan yang kian hari meninggi
ke arah langit

segala luka yang kau pendam sendiri
menjelma tanaman yang berbuah manis
disirami airmata
disiramNya kasih sayang

pada kelopak matamu yang selalu pancarkan cinta
yang tak menghujankan yang lain selain persahabatan

begitulah caraNya mengantarkan
engkau menuju rayanNya

Gunungkidul, 10 Mei 2019

 

 

 

 

 

Suatu Saat Nanti

suatu saat nanti, saat kuncup mawar merindukan cahaya
engkau boleh menyelinap dan menyusup pelan-pelan
pada detik pertama, lafalkanlah sajak kerinduan
: hujan pada air mata

dulu, ketika hujan belum terlalu sebasah ini
aku enggan menguncupkan harapan
sebab resah datang menggelombang
menghantam kalimat kalimat rapuh
:ada yang terluput

tetapi kini, merayakan hati yang terlampau berani
ternyata lebih banyak dituntun rintih

ah
bukan engkau yang mengirimkan air mata
dan basahnya hujan hangat disergap kenangan
tetapi memang ada semacam perasaan yang tak selesai
mendung yang diiring angin, bukankah pasti akan
melahirkan rintik.
Atas kehendak-Nya
Pada suatu ketika.

Gunungkidul, 3 Oktober 2017

No Responses

Tuliskan komentar