Menu

Nyanyian Symphony Hitam | Cerpen Naila Aulia

 

Panggung ini adalah panggung terbesar yang pernah dipijaki oleh si kembar. Dania menggenggam tangan Delisha erat-erat, ia tak hentinya berdecak kagum. Delisha turut senang karena akhirnya Dania bisa sampai di titik ini. Meskipun sebenarnya Delisha mati-matian menahan rasa tidak nyamannya berada di keramaian seperti ini. 

Acara berlangsung kurang lebih dua jam. Kini, si kembar tengah beristirahat di ruang crew. Para crew dengan senang hati mengajak mereka ngobrol sana-sini. Mereka sangat ramah, setidaknya tidak ada yang mencela kekurangan fisik Dania dan Bella. 

“Nares mau teh apa kopi?” 

Mendengar nama itu sontak membuat Delisha menoleh ke sumber suara. Didapatinya Nares baru saja mengistirahatkan diri di sofa seberang Bella. Bella gugup, ia tidak siap bertemu kembali dengan Nares dengan kondisi begini. Pada akhirnya Nares terlalu cepat mengetahui kecacatan Bella. 

Nares yang merasa diperhatikan pun langsung mengangkat kepala. Matanya sedikit membulat melihat Delisha di hadapannya. Yang lebih mengejutkan, Delidha  nampak duduk menyerong dengan pakaian bahkan tubuh saling berkaitan dengan perempuan di sebelahnya. 

‘Kembar Siam,’ batin Nares. 

‘Jadi ini maksud ucapannya tadi, ‘terikat’ lanjut Nares dalam hati. 

Delisha menunduk. Ia hafal betul adegan setelah ini, Nares akan menjauhinya. Senyum yang ia tampakkan di ruang rias tadi tak akan pernah Delisha temui lagi. Begitu adanya, jarang ada orang yang mau bertahan berteman dengan dirinya. Ia tidak se-multi talent Dania. Delisha hanya bisa mengendalikan pna, itu pun hanya tulisan fiksi bukan tulisan ilmiah yang membutuhkan banyak data. Belum lagi Delisha yang introvert sehingga sedikit membosankan jika mengajak perempuan itu ngobrol santai. 

Beruntung Edwin, manager Dania segera datang. Ia berpamitan pada seluruh crew untuk membawa Dania dan Delisha pulang. Adegan salam menyalami pun berlangsung sebagai formalitas perpisahan. Hingga tiba lah giliran Nares yang menyalamai Delisha. Nares menjabat tangan Delisha cukup lama sembari tersenyum, sebelum lepas ia membisikkan sesuatu di telinga Delisha, “Aku punya serial terbaru spongebob the movie, kamu mau?”

 

Delisha langsung saja mengangguk antusias. Senyum girang terukir di bibirnya. 

 

“Kalo gitu setelah ini buka WhatsAppmu, aku mengirimkan perjanjian list persyaratan supaya kamu bisa mendapatkan film itu,” bisik Nares jahil.

“Kenapa harus bersyarat?” 

“Karena aku sedang mencari-cari alasan supaya bisa berhubungan denganmu kembali.”

Jawaban Nares membuat rona di pipi Delisha menyembul tanpa tahu malu. Orang-orang yang melihat interaksi Nares dan Delisha pun langsung berbisik-bisik ria sembari menerka apa gerangan hubungan mereka berdua. 

***

“Gimana ceritanya kamu bisa kenal Kak Nares?” tanya Dania antusias. Pasalnya dia adalah penggemar berat seorang Langit Darensi Nareswara.

“Di tempat rias sih ketemunya.”

“Terus kok bisa akrab?”

“Emang kayak tadi udah bisa dibilang akrab ya?” tanya Delisha tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponselnya. Ia sedang sibuk membalas pesan dari Nares. 

“Iya lah. Kalo nggak akrab ngapain Nares ngajakin kamu nonton bareng padahal baru pertama kali ketemu.”

“Ah iya nih. Besok aku ambil waktuku buat nonton ya. Nggak di bioskop kok, di rumah aja,” ujar Delisha. 

Dania mengangguk antusias, “Btw, kenalin aku sama kak Nares, Del. Aku fans beratnya.”

“Emang Nares siapa?” tanya Delisha heran. 

“Ya ampun! Dia itu penyanyi terkenal. Nama panggungnya Langit. Kan aku sering tuh puter lagu dia. Masak kamu nggak sadar?”

“Oh, suara itu,” angguk Delisha. Delisha tiba-tiba saja merasakan debaran aneh memikirkan pertemuannya dengan Nares besok. Semoga semua berjalan lancar.

***

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”lightblue” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

No Responses

Tuliskan komentar