Menu

Nyanyian Symphony Hitam | Cerpen Naila Aulia

 

Delisha tersenyum melihat Nares yang datang sepuluh menit lebih cepat dari perjanjian mereka. Nares menyalami Delisha dan Dania secara bergantian. 

Delisha salah fokus karena pot kecil berisi kaktus yang Nares bawa saat ini.

“Buat apa bawa kaktus?” tanya Delisha geli.

“Buat kamu dong,” jawab Nares santai. 

“Masak kencan nggak bawa oleh-oleh,” lanjutnya sembari berbisik. 

“Kita kan nonton bukan kencan,” bisik Delisha. 

“Ya udah anggap aja ini nonton sekalian kencan,” jawab Nares enteng.

Mereka kemudian berjalan beriringan ke ruang keluarga. Dengan sigap Nares memasang DVD ke dalam alat yang sudah Delisha tata. Film pun dimulai, mereka bertiga laarut dalam lelucon konyol spongebob dan kawan-kawan. Sesekali Nares menimpali ucapan tokoh dengan menirukan gaya bicara mereka. Tolong, Delisha belum pernah merasa sebahagia ini sebelumya. 

Dua jam kemudian film usai. Mereka melanjutkan kegiatan dengan makan bersama. 

“Oh ya, Res. Ini Dania, saudari aku,” ucap Delisha. Ia nyaris melupakan janjinya kepada Dania untuk mengenalkannya pada Nares. Makannya sedari tadi Dania terlihat murung.

Nares yang humble segera merespon perkenalan itu, “Hay, Dan. Aku Nares. Pasti udah nggak asing lah sama aku.”

“Iya, Kak. Aku tahu banget loh soal kak Nares,” jawab Dania dengan antusias. 

“Langiter’s?” (Julukan untuk fans Nares)

“Iya. Aku udah lama banget ngefans sama kakak. Aku hampir hafal semua lagu kakak.”

“Wah, keren sih. Gimana kalo kapan-kapan kita duet bareng? Aku udah dengerin suara kamu pas di Melody kemarin. And it’s really wonderful voice I think,” tawar Nares. Ia akui bahwa suara Dania memang sangat renyah. Hmm, lalu bagaimana dengan Delisha ya? Apa dia juga punya suara emas seperti Dania?

“Wah! Aku mau banget, Kak! Kapan nih rencana?” 

Dan setelah itu percakapan hanya didominasi oleh Dania dan Nares. Mereka membahas bidang yang Delisha tidak terlalu pahami, yaitu musik. Sayangnya Delisha berada di tengah-tengah Dania dan Nares sehingga ia bingung sekali harus merespon bagaimana.Akhirnya ia memutuskan untuk membaca novel miliknya sembari memakan sandwich. 

Untung saja ponsel Dania berdering, sehingga mau tidak mau perempuan itu harus menjeda obrolannya dengan Nares. Nares merasa bersalah karena membiarkan Delisha tersisihkan dari obrolan tadi. Mau bagaimana lagi, Dania begitu mengerti dunia musik yang Nares geluti, ia juga sangat responsif sehingga sulit bagi Nares untuk mengajak bicara Delisha. 

Merasa diperhatikan, Delisha akhirnya menoleh ke arah Nares. “Ada apa?”

“Aku masih ada serial spongebob the movie yang ke dua. Nonbar lagi mau?” tanya Nares penuh harap. 

“Mungkin. Tapi nggak di waktu dekat ini. Aku lagi cukup sibuk buat ngehabisin waktu buat kegiatan yang nggak manfaat.”

“Jadi apa yang kita lakuin tadi bikin kamu nggak nyaman?” Delisha mengedikkan bahu dengan ekspresi datar. Rasanya kesal sekali karena Nares agak mengabaikannya tadi.

Nares nampak tersinggung, “Maaf. Aku akan pikir kamu suka. Aku pamit kalo gitu.”

Nares pergi begitu saja tanpa senyuman sedikit pun pada wajahnya. Delisha menggigit bibirnya dengan resah. Sungguh ia tidak bermaksud menyinggung dirinya. Ia hanya tidak bisa mengontrol kekesalannya terhadap Nares dan Dania.

“Loh, Kaka Nares kok udah balik?” tanya Dania dengan wajah cemberut.

“Ada kerjaan,” jawab Delisha sekenanya.

“Del. Aku sama Nares kok langsung nyambung gitu ya kalo ngobrol. Mana dia kalo natap aku rasanya kek hangat banget. Mungkin nggak ya kalo dia suka sama aku?” ujar Dania penuh harap. 

Kekesalan Delisha bertambah dua kali lipat. Pertama ia sudah ksal dengan keakraban Nares dan Dania yang begitu cepat. Ke dua, entah mengapa hatinya terasa sangat dongkol mengetahui kekaguman Dania pada Nares. Dania begitu multi talenta, jadi bagaimana kalau Nares juga tertarik padanya? Ah, persetan dengan cemburu!

***

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”lightblue” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

No Responses

Tuliskan komentar