Puisi-Puisi Krisnaldo Triguswinri

Puisi-Puisi Krisnaldo Triguswinri

malam siluet jatuh dari matamu

malam siluet jatuh dari matamu
yang biru, angin kecil berbadan kecil
toska abu abu, jatuh alis tipis matamu
yang berkepala keras berbatu

berkelahi lembut dirinya sendiri dengan keras dirinya sendiri
ia ubah gersang dalam kulitnya jadi eros matahari
dan sungai, ia gerhanakan buruk masa lalunya jadi eros sungai
dan matahari

bisakah kau hidup
tanpa asap
tanpa menghisap?

ia berlari di atas bulan biru
dalam mata bulan biru

perempuan-perempuan bergaun
dari gurun, merah tersipu
eros sungai dalam tubuhnya
berbulan berbintang
toska abu abu

starry night

bukit cakrawala
desa cakrawala

di kota kecil
yang hangat

dua belas kunang kunang
seperti bola bulan
tergantung lembut
berputar putar

dinding biru
penuh warna
patahkan kuas
dan kanvas

dalam ruang gereja
khotbah hari minggu
seorang seniman
memotong kupingnya

malam nanti

datanglah malam nanti
seperti kunang-kunang
yang bangunkan mimpi tidurku
sebab tak lagi ada kehidupan dalam mimpi

aku tak ingin tidur sendiri
aku tak ingin hidup sendiri

kau datang ke sini malam ini
daun daun tertabrak angin halus
yang berembus satu satu
berjatuhan di situ

berkedip kedip lampu kamarku
saat kau datang
lalu aku padamkan
dan aku cari wajahmu
dan kau kutemukan
dalam gelap pekat
hidupku yang gelap

aku ucapkan selamat datang kembali
wajahmu, bibirmu tersenyum pucat pasih
air mataku terjatuh bergelinang deras sekali

jangan nyalakan lampu itu

aku tak bisa merasakanmu
aku tak bisa melihatmu

sajak cinta

ketika belajar cinta mencintai
seperti kau dan aku pada hemingway
kanvasku sempurna dengan metafora

lalu cintaku adalah cat air jadi gambar penuh
arti seperti ibadah seperti berbakti seperti
sekolah

seperti keseriusan pemain teater
seperti tembok cina dan borobudur yang dipuja atau
malam terang kota paris pada keindahan
yang lebih sempurna dari kemulusan air laut yang
agak kebiruan atau langit yang agak keputihan atau
gunung yang agak kehijauan

dan aku lemparkan sepatuku bajuku celanaku seperti baru lahir
lalu mendung mirip awan 2001 tragedi wtc
dan jadi apa saja seperti jadi modernis ala eliot
surealis ala rimbaud romantis ala Neruda

tak pernah sejauh mars dan venus dalam geografi
karena di mana ada gunung hutan selalu di sana dan
tak sekuno roma dalam cerita yunani dan tak
sedramatis atlantis yang hilang dan tak pernah
ditemukan

dan di malam penuh perasaan itu
ada jutaan bintang di malam bulan januari
yang buat matahari enggan mengubah waktu

biarkanlah malam dingin menghanyutkan kebahagianku
yang sedang jatuh cinta

seperti colombus pada amerika

seperti john pada yoko ono
seperti rendra pada puisi seperti
aku padamu!

dan kursi tua di kamarku menari
menunggu pesan masuk dari bidadari yang
mulus wajahnya berseri
putih kulitnya sedikit merah bibirnya
seperti strawberry
berlian dua bola matanya
alis melengkung menyerupai pelangi

tak pernah picasso melukisnya
tak pernah pasternak menulisnya
tak pernah berhenti aku membayangkanmu

Magelang, 2016

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tuliskan komentar