Menu

Senjani | Cerpen Naila Aulia

Seminggu menjalani status sebagai siswi SMA Garuda, Senjani sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setidaknya dia sudah memiliki dua teman dekat di sini, Ulfi dan Tiara. Ia memutuskan untuk lebih pendiam dari sifat aslinya, hanya karena ia tidak mau terlihat menonjol di angkatannya. Keinginannya hanya satu, segera lulus dan bisa mengantongi ijazah guna mendaftar kursus tata boga. 

“Seneng banget seminggu ini SMA Garuda nggak rusuh,” komentar Tiara ketika ia sedang menikmati makan siang di kantin bersama Ulfi dan Senjani.

“Emang sebelumnya rusuh?” tanya Senjani heran. Ulfi dan Tiara sontak saling pandang dengan ekspresi terkejut. “Kamu nggak tahu soal ini?” tanya mereka kompak. Senjani yang memang tidak tahu apa pun hanya bisa menggeleng. 

“Di SMA ini lo wajib ngehindar dari yang namanya geng El kalo lo pengen hidup adem ayem,” jelas Tiara setengah berbisik. “Mereka itu kumpulan cowok-cowok terganteng di Garuda, tapi mereka kejam, resek, kasar, dan-” 

BRAK! Terdengar suara kursi di belakang Senjani yang dijatuhkan dengan sengaja.

“Pindah sono. Ini tempat langganan gue,” ucap Langit dengan nada tajam, membuat Tiara yang sedari tadi membicarakan Langit lantas diam dan bersegera untuk pergi. Di sana sudah ada Langit dan dua sahabatnya yang berdiri menantang.

“Hey! Kita belum selesai makan loh, Ti, Fi,” gerutu Senjani. Namun, Tiara dan Ulfi hanya mengabaikan Senjani dan memilih untuk pergi. Tiara bahkan mengangkat paksa piring Senjani supaya perempuan itu menurut. 

Senjani kesal sekali karena aktivitasnya diganggu secara tidak sopan seperti ini. Secepat kilat ia berbalik ke arah laki-laki yang mengusir mereka itu. Namun, tanpa sengaja ia menginjak tali sepatu kirinya yang terlepas hingga membuat tubuhnya oleng. Alhasil ia terjerembab ke depan dan menabrak sosok yang ia tuju tadi. Sialnya lagi saat hendak bangkit, rambutnya malah tersangkut kancing baju sosok itu. Entahlah, kaitan itu sangat erat sehingga sulit bagi Senjani membukanya. Tiba-tiba sosok itu menyilet rambut Senjani yang terikat di kancingnya itu. 

“Tidak! Kenapa dipotong?” pekik Senjani histeris. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Ia sangat menggilai rambut panjangnya itu, dan sekarang rambutnya dipotong paksa oleh sosok yang baru ia kenal. Ia menunduk meratapi rambutnya sembari terisak. 

“Maaf.” Senjani mendongak cepat usai mendengar ucapan itu dari lawan bicaranya. Para siswa/i rupanya ikut terkejut, pasalnya Langit yang sombong itu terdengar sangat mustahil untuk mengucapkan maaf.

“Si jaim?” tebak Senjani. “Lukamu sudah sembuh? Syukurlah,” lanjutnya lega. 

“Sok kenal,” ucap Langit dingin sembari duduk di atas bangku tempat Senjani sebelumnya. 

“Kamu mengusir teman-temanku,” keluh Senjani memecah keheningan. Nampaknya ia tidak sadar jika interaksinya dengan Langit ini telah menyedot perhatian banyak orang. 

Langit melirik sekilas Senjani yang masih berdiri di sampingnya. “Masalah buatku?” 

“Kamu bisa minta baik-baik. Nggak perlu sekasar tadi,” tegur Senjani. 

Leiden, sahabat Langit yang berwajah chinese pun bangkit menghadapi Senjani. Ia menatap Senjani dengan tatapan menyelidik. “Anak baru ternyata. Pantes nggak tahu El.”

Senjani membelalakkan mata. Jadi mereka geng yang Tiara maksud? Itu artinya Senjani harus menghindar. “Oh, El? Masya Allah banget, aku tahu kok. Aku pamit dulu.” Senjani berlari secepat mungkin, membelah kerumunan.

“Woy! Berhenti lo!” teriak Leiden nyalang. 

“Udah biarin,” cegah Langit dengan nada datarnya. 

“Lo apaan, Ngit? Dia udah ngerendahin lo dan lo biasa aja sekarang?” ujar Leiden setengah tidak percaya dengan keanehan Langit. 

“Cari mangsa yang laen aja.”

***

Sesampainya di kelas, Senjani langsung diserbu oleh anggota kelasnya perihal kejadian di kantin tadi. Namun kericuhan itu berhenti seketika ketika Langit, Leiden dan Lucak memasuki kelas mereka. “Mereka sekelas sama kita?” 

“Iya. Mereka diskors seminggu karena mukulin anak kelas sembilan sampe masuk rumah sakit,” bisik Ulfi. Senjani melotot tak percaya. Matanya terpaku pada tiga cowok itu yang langsung duduk di bangku pojok paling belakang. Malangnya bangku Senjani berada tepat di depan Langit. 

***

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”lightblue” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

Tuliskan komentar