Menu

Global + Lokal = Kesusastraan | Eka Kurniawan

Seumpama Makanan

Kita bisa membayangkan ilustrasi ini sebagaimana yang terjadi dalam makanan. Makanan yang dikonsumsi orang-orang Yogya, dari gudeg hingga bakpia, tentu memiliki jaringan kuliner sendiri. Di tempat-tempat lain, mereka juga mempergunakan nangka muda, tentu dengan cara berbeda. Bumbu-bumbu yang barangkali sama, tapi diperlakukan dengan cara berbeda. Di kebudayaan yang lain, dengan mudah kita menemukan kue berisi kacang hijau yang ditumbuk halus. Apakah bakpau Cina dan bakpia berhubungan? Dengan cara tertentu, ia terhubung oleh jejaring kacau hijau, dan gula, dan tepung.

Apa yang membedakan masakan suatu daerah dengan daerah lain, atau bahkan satu negeri dengan negeri lain? Meskipun mereka bisa mempergunakan bahan yang sama, keadaan negeri, alat-alat memasak, cara hidup, dan bumbu-bumbu pendukung sudah pasti membuat makanan itu berbeda. Perbedaan ini menciptakan sensasi yang berbeda ketika sampai di lidah, dan pada akhirnya menciptakan selera makan yang berbeda-beda pula. Bayangkan kesusastraan. Kita bisa menemukan kisah tentang anak yang jatuh cinta kepada ibunya dalam berbagai legenda dan cerita rakyat di dunia, tapi keadaan lingkungan dan kebudayaan membuat kisah tersebut termodifikasi secara unik. Bisa jadi itu juga menciptakan “selera” setiap tradisi kebudayaan akan kesusastraan mereka masing-masing.

Akan tetapi, jejaring itu tak selalu terlihat indah. Kembali kita meminjam ilustrasi dari makanan. Berbagai jenis tanaman bumbu yang lama dikenal di negeri kita, misalnya, melalui berbagai jejaring perdagangan hingga sampai ke dapur keluarga, kita tahu telah berujung ke kolonialisme. Awalnya negara-negara Eropa datang untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dalam perdagangan rempah-rempah, hingga mereka mulai mencoba menguasai sumber-sumbernya dengan kekerasan. Lidah mereka mungkin telah takluk oleh rempah-rempah Nusantara, tetapi mereka juga akhirnya menaklukkan tanah-tanah tempat itu tumbuh.

Kita bisa melihat, jejaring kuliner itu tak seegaliter yang dibayangkan. Sebagaimana dalam berbagai jejaring, dengan mudah tercipta hubungan vertikal, yang menaklukkan dan ditaklukkan. Penaklukan selera juga terjadi di dunia modern. Di kota-kota besar, kita dengan mudah menemukan restoran cepat saji ala Amerika, restoran sushi ala Jepang. Pada saat yang sama, di Nigeria orang-orang tergila-gila dengan produk mie instan dari Indonesia. Jejaring kuliner, melalui restoran-restoran, buku-buku memasak, dapur-dapur keluarga, merupakan pertarungan berbagai kultur yang mencoba mendominasi satu sama lain.

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/nonfiksi/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Artikel Suku Sastra[/button]

 

Tuliskan komentar