Menangkap Asap | Cerpen Mas Heri Santoso Ashar
Juminah. Begitu ayahnya memberikan nama pada anak gadis itu dua puluh lima tahun yang lalu. Juminah lahir hari Kamis, sembilan Mei, satu sembilan delapan lima, di ibu kota provinsi. Pagi hari setelah subuh. Putih kulitnya tapi tak sipit matanya. Karena dia bukan turunan orang Cina. Juminah asli turunan orang Jawa. Tangisan pertamanya ditandai gelak-tawa, serta suka-cita sanak keluarga dan handai taulan. Meski Juminah terlahir sungsang. Kakinya terlebih dahulu yang keluar, tidak selayaknya kelahiran bayi secara normal yang terlahir kepalanya terlebih dahulu.
Juminah adalah anak pertama sekaligus cucu pertama Ki Ahmad. Pemilik pesantren di kota itu. Keluarga besar Ki Ahmad berharap kelak Juminah menjadi penerus dan pengasuh di pesantren yang dikelola keluarga itu.