Menu

Bincang-Bincang Sastra edisi 151 | Mengiring Penulis Muda Lewat Sastra Daring

 

Sabtu, 28 April 2018

Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta

Pukul 20.00 WIB- Selesai

 

 

Studio Pertunjukan Sastra (SPS) Yogyakarta bekerja sama dengan media sastra alternatif kolektif Kibul (http://kibul.in) dan Taman Budaya Yogyakarta menggelar acara Bincang-Bincang Sastra edisi 151 dengan tajuk “Penulis Muda dan Sastra Daring: Peluncuran Antologi Cerpen dan Puisi Pilihan Kibul 2017”. Acara ini sekaligus perayaan satu tahun laman media sastra Kibul.in mengudara. Digelar bertepatan dengan Hari Puisi Nasional, 28 April 2018 pukul 20.00 di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta, Studio Pertunjukan Sastra menghadirkan T.S. Pinang (Penyair, aktivis sastra siber), Andreas Nova (Penulis, Redaktur Umum Kibul.in), dan Titis Anggalih (Cerpenis, penggiat literasi) sebagai pembicara yang akan dipandu oleh Cucum Cantini (Penulis, Mahasiswa S-3 Ilmu Humaniora UGM).  Acara ini akan dimeriahkan oleh penampilan Agus Sandiko, Tubagus Nikmatullah, dan Riska S.N. (Studio Pertunjukan Sastra), Neng Lilis Suryani, Ratih Farah Maudina, Olive Hateem, Maharani Khan Jade, dan Dita Yulia Paramita.

Belakangan, secara daring (dalam jaringan/online) marak merebak laman-laman media sastra, seni, dan budaya hadir di tengah kehidupan masyarakat, terutama generasi muda. Sebagaimana diketahui bersama, kemunculan media daring merupakan perwujudan revolusi media ketiga, meninggalkan media cetak dan televisi. Dari situasi tersebut, gejala yang cukup menggembirakan adalah lahirnya para penulis muda berbakat yang memilih media sosial sebagai wadah bagi publikasi-sosialisasi karya-karyanya. Hal tersebut beriring dengan hadirnya laman-laman media sosial sastra yang secara khusus menjadi ruang tegur sapa antarkarya dan antarpenulis.

Yogyakarta menjadi kampung kelahiran sejumlah laman media penulisan sastra. Bahkan pada masa awal, muncul komunitas sastra siber yang memanfaatkan media daring melalui mailling list, forum diskusi blog, hingga situs web. Nama T.S. Pinang menjadi salah satu penggiat sastra daring pada awal kemunculannya itu. Kebebasan yang ditawarkan media daring membuat para penulis muda (baca: pemula) lebih berani menunjukkan karyanya.

Kibul adalah salah satu di antara laman-laman media sosial berlabel sastra. Kibul berani merintis dan berkembang dengan komitmen yang nyata di tengah dinamika global di antara laman media sosial sastra dan penulisan lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan terbitnya buku antologi cerpen dan puisi pilihan Kibul 2017 berjudul Kisah Perempuan yang Membalurkan Kotoran Sapi pada kemaluannya Seumur Hidup dalam usianya yang ke satu tahun.

“Dalam buku tersebut akan dijumpai cerita perempuan yang membalurkan kotoran sapi pada kemaluannya seumur hidup, warok yang tak bisa mati kecuali atas kemauannya, pelukis amatir yang selalu melukis apel, lelaki yang melintasi waktu dengan sepeda, pawang hujan yang kehilangan keampuhannya, dan tokoh-tokoh lain yang tak terbayangkan. Juga serangkaian puisi tentang dunia yang menampakkan kelemahannya sendiri, ladang penuh pertumpahan darah, kehidupan yang ironis dan tragis, hingga suara jiwa seorang yang sedang merindukan kekasihnya,” kata Andreas Nova saat dijumpai di kantor redaksi Kibul.

Andreas Nova menambahkan, “Kibul mencoba mengapresiasi cerpen dan puisi yang dikirimkan ke redaktur Kibul selama tahun 2017. Begitu besar antusias para kontributor dan pembaca pada rubrik ini sehingga tak elok rasanya jika spirit di dalam karya-karya tersebut tidak diterbitkan. Tentu saja tidak semua cerpen dan puisi yang pernah tayang di Kibul diterbitkan. Untuk memilih cerpen dan puisi yang layak diterbitkan, redaktur Kibul membuka polling kepada pembaca. Maka terpilihlah karya  sepuluh cerpenis dan enambelas penyair yang dimuat dalam antologi tersebut. Jangan heran jika akan dijumpai sejumlah nama baru yang justru mendominasi dari para penulis yang ada. Nama-nama baru tersebut justru bibit-bibit penulis yang memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi penerus tongkat estafet kesastraan Indonesia dalam waktu yang tidak lama lagi.”

Acara ini menjadi ajang perjumpaan dari dunia maya ke dunia nyata. Semacam ruang berkumpul antara redaktur dan kontributor yang barangkali belum pernah dipertemukan sebelumnya. Semoga laman-laman media sastra daring  semakin banyak yang berkembang menjadi ruang bagi para penulis muda.

 

Tertanda,

Tubagus Nikmatullah, koordinator acara. 

 

Tuliskan komentar