Tarling Dangdut Diva Pantura dan Menukam Tambo

Tarling Dangdut Diva Pantura dan Menukam Tambo

Tarling Dangdut Diva Pantura

Penulis : Kedung Darma Romansha
Kategori : Puisi
Penerbit : Penerbit JBS & Rumah Buku
Tahun : Juni 2022
Tebal : 84 hlm
Ukuran : 13×19 cm
ISBN: 978-623-92165-7-3
Harga : 55.000
Harga PO : 47.000

Pesan : 0818 0271 7528 (WA)

 

 

Tarling Dangdut Diva Pantura merupakan proyek puisi yang dikerjakan dengan cukup lama dan intens oleh Kedung Darma Romansha. Dalam kumpulan puisi ini kita diajak masuk pada sengkarut kehidupan masyarakat urban di satu bagian masyarakat pantura. Seperti karya Kedung sebelumnya yang berupa novel dan cerpen, puisi ini pun menjadikan Indramayu sebagai spirit lahirnya puisi-puisi di buku ini.

Dalam Tarling Dangdut Diva Pantura kita, para pembaca diajak menikmati tontonan Tarling di mana puisi di buku ini sebagai pusat ceritanya. Di tengah itu semua, dangdut hadir tidak hanya sebagai fokus cerita, tapi juga gaya berpuisi sang penyair. Sebagaimana Tarling, di buku ini kita akan bertemu dengan rupa-rupa tokoh yang saling berkait dalam puisi ini. Semua menjadi sentral, semua punya suara. Nok Iti, sebagai seorang biduan tidak hanya diberi suara dan panggung, tapi juga menjadi bagian dari narrator puisi ini. Kita akan berhadapan dengan kerasnya kehidupan masyarakat kelas menengah-bawah, belum lagi soal kawin-cerai, perselingkuhan, TKW, hingga saweran, sampai gosip yang menjadi bagian dari dokumentasi.

Kedung jugta menyertakan sebuah lagu pembuka yang cukup Panjang, yang berkolaborasi dengan musisi dan penyanyi dangdut untuk menjadi pintu masuk menuju teks-teks puisi dalam buku ini.

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/nonfiksi/resensi/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Resensi Suku Sastra[/button]

Menukam Tambo

Penulis : Beri Hanna
Kategori : Novel
Penerbit : Penerbit JBS
Tahun : Juni 2022
Tebal :80 hlm
Ukuran : 13×19 cm
ISBN: 978-623-92165-7-3
Harga : 55.000
Harga PO : 47.000

Pesan : 0818 0271 7528 (WA)

 

 

Kisah ini dimulai dari suara seruling gading yang meminta tumbal-ritual perawan. Dibalut dengan kisah cinta, kita diantar pada sejumlah kekeliruan dan keganjilan lainnya.

Dari permintaan memiliki pasangan serta keturunan; seorang upik menipu dewa setelah seekor anjing menjadi manusia. Seekor raja ikan menanam pohon di ujung sungai. Di antara itu semua, muncul siluman babi putih, ular berkepala trisula, kera lasak, serta perjalanan untuk membalas dendam.

Cerita dalam buku ini, sekilas merujuk pada benda-benda pusaka, candi, kitab dan ajaran sesat, serta mantra-seloko lama. Seluruh peristiwa yang diyakini terjadi pada sebuah masa jauh di Sungai Bujang, hilir Sungai Nambuk Kubo, Jambi.

Dua buku ini, meski dengan genre yang berbeda, menjadi semacam dokumen penting dalam kesasteraan Indonesia. beri Hanna, dalam novelnya Menukam Tambo, mengulik mitologi dan memberinya bumbu baru sebagai upaya menghadirkan ulang sejarah dari Jambi. Beri cukup serius menggali tradisi lisan dalam karya-karyanya, begitupun dalam novel ini.

Demikian pula halnya dengan Kedung Darma Romansha, dalam kumpulan puisi Tarling Dangdut Diva Pantura ini, menampilkan dinamika masyarakat urban-pesisiran. Meski ia bicara dalam lokalitas Indramayu, tapi konteks puisinya jauh melampaui yang lokal itu. Tarling Dangdut menjadi jembatan penghubung antara pembaca dengan tokoh puisinya. Dalam buku ini kita bisa mengikuti liukan dan irama dangdut yang kentara, menertawakan kesedihan, melarikan diri ke dalam hiburan, melakukan hal-hal verbal sebagai bentuk sikap diri.

Dua buku ini saling melengkapi. Jika Kedung mengajak kita bergoyang ala pesisiran utara Jawa, Beri Hanna mengajak kita masuk kedalam halimun pedalaman sumatera. Di pesisir kita bergoyang sebagai sebuah tindakan, di dalam hutan kita bertemu kemustahilan yang lain. Bagi kami, buku ini pasangan serasi yang saling melengkapi: yang lampau dan yang kini, yang tersisa dan yang akan tak ada…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tuliskan komentar