BERULANG
Berulang sudah kutanyakan padamu, kekasih
Perpisahan adalah kado yang hendak kau kirim padaku?
Pada setiap perayaan-perayaan
Kau bersembunyi dalam hening
Membutakan pandangan; lantas derap kakimu semakin menjauh
Berulang sudah kutanyakan padamu, kekasih
Perpisahan adalah imbalan yang hendak kau serahkan padaku?
Di sela kau genggam tanganku
Aku turut pula menggenggam resah
Yang berkibar mengelilingi jemari. kita
Berulang sudah kutanyakan padamu, kekasih
Makna apa selama ini sekat yang cukup terbantang?
Waktu semakin lirih
Jarak semakin tebih
Dan gundah kian menjadi risih
Berulang sudah kutanyakan padamu, kekasih
Bagiamana cara berpergian yang baik—
mengertikah engkau untuk ucapkan pamit
Atau sekedar terima kasih?
Berulang, kekasih
Kau tambah dan tumbuhkan
Duka-lara yang merajalela
Pada setiap bagian tubuhku
Tepat pada penyimpanan namamu
Tasikmalaya, 03 April 2018
BISAKAH KAU DATANG TANPA TERSENYUM?
Tampaknya aku sepenuhnya lupa
Bahwa dulu kita pernah saling menjaga luka
Merawat duka seperti kita mencintai dupa
Tampaknya lara telah kunikmati
Dengan balada yang akan baik-baik saja
Aku sepenuhnya lupa
Bahwa kau pernah menghampiriku
Dengan seulas senyum—serta janji
Mengiming-imingi kebahagiaan yang sederhana
Menawarkan masa tua di sebuah rumah berwarna merah-hitam-putih; kesukaanmu
Aku sepenuhnya lupa
Nyatanya kau adalah sebuah bagian yang tersisa untukku
Adalah sebuah dongeng yang harus lekas ku khatamkan
Bisakah kau datang tanpa tersenyum?
Senyummu bagaikan masa depanku
Lalu kau terkam pelan-pelan aku didalamnya
Tampaknya aku sepenuhnya lupa
Lengkung senyummu pernah muasal dariku
Maka, bisakah kau datang tanpa tersenyum?
Tasikamalaya, 16 Maret 2018
SEPERTI OMBAK
Seperti ombak;
Sikapmu perlahan bergelombang
Mendinginkan hati
Menggerahkan jiwa raga
Seperti ombak;
Bau tubuhmu masih bersemi
Di pangkal hidungku
Bagaimana bisa kau pergi begitu saja?
Sedang wewangianmu masih bisa kuciumi
Seperti ombak;
Kau menghantam kesabaranku
Juga perasaanku. Padamu
Kau mulai menggilai kepergian
Sedang aku menghamba pada kepulangan
Seperti ombak;
Kau merangkak bergegas
Setelah kau hapus sebuah nama
Yang terpatri di pesisir
Kau adalah ombak
Yang tak ingin kudengar lagi suaranya
Tasikmalaya, 16 Maret 2018
TIGA DOA SATU MALAM
1.
Menjelma matahari,
Terikku persembahkan untuk matamu
2.
Menjelma senja,
Teduhku benamkan untuk dadamu
3.
Menjelma malam,
Dinginku gelapkan untuk hatimu.
Tasikmalaya, 7 Mei 2017
PAMIT
Kita berjalan pada kerumitan
Yang tertib
Hati kita saling menetap
Tapi mata enggan untuk menatap
Kita berlari pada kenyataan
Yang tak terencana
Hanya menorah senyum
Pada luka-luka yang bertubi
Menghela dada yang sesak
Membuka mata yang kelam
Memperbaiki hati yang kejam
Mari kita saling bersikap
Jika jeritku tak pernah sampai padamu
Bisakah pamitku engkau cegah?
Yogyakarta, 20 November 2017
IMANA TAHIRA
Perempuan yang memilih Tasikmalaya menjadi tempat kelahirannya. Lahir 5 Juli 1995. Senang menulis fiksi. Anak Ilmu Komunikasi yang menyukai sastra. Beberapa tulisan fiksinya pernah termaktub di Antologi bersama “100 Perempuan dalam Puisi” (PBB Publishing, 2014), “Berbagi Dzikir” (LSS Reboeng, 2017), “Yogya Halaman Indonesia (Jilid II)” (Studio Pertunjukan Sastra, 2017). Saat ini penulis sudah rampung menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis seringkali mengikuti berbagai lomba-lomba terkait puisi, baik itu pembacaan puisi atau penulisan puisi. Pernah menjuarai lomba penulisan puisi se-priangan Timur yang diadakan oleh salah satu yayasan di sebuah sudut Tasikmalaya.
Penulis bisa dihubungi melalui :
No HP/wa : 081384532972
Email: tahiraimana05@gmail.com
Instagram: @imanatahira
Boleh juga mampir ke blog penulis di: sayaimanatahira.blogspot.co.id
Ilustrasi Oleh Mathorian Enka.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.