Sastra (untuk) anak merupakan cara untuk terus-menerus mengenalkan kepada mereka sekian proses dan peristiwa kehidupan. Visi sederhana inilah yang dihadirkan SPS dalam gelaran “Hari Bersastra Studio Pertunjukan Sastra ke-5”. Dengan tajuk “Bergembira di Taman Sastra” segenap pelaku, pemerhati, dan tentunya anak-anak diajak untuk bergemberia dalam “kadarnya” masing-masing. Mengajak semua untuk kembali menapak pada pengalaman keseharian, peristiwa terdekat. Sebab, kata orang bijak, “sastra adalah cermin kehidupan”.
Merayakan perjalanan Studio Pertunjukan Sastra (SPS) ke-17 dan Bincang-bincang Sastra (BBS) ke-12, SPS menggelar acara “Hari Bersastra Yogya yang ke-5”. Tahun ini SPS menghadirkan topik pembahasan Sastra (untuk) Anak, dengan tajuk “Bergembira di Taman Sastra”. Kegiatan ini akan digelar pada hari Minggu, 29 Oktober 2017 pukul 09.00 sampai 15.00 di Ruang Seminar dan Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta.
“Kegiatan ini disajikan sebagai satu “laboratorium” kecil terkait dengan dunia literasi, sastra, dan anak. Sastra adalah salah satu media dan ruang bagi kehidupan literasi. Karenanya, sastra (untuk) anak diperlukan sebagai sebuah medan ajar sekaligus upaya membangun tradisi literasi. Sastra mengajarkan bagaimana sebuah peristiwa, pengalaman, benda, dan banyak hal lain dicermati, disimak untuk digenggam sebagai sebuah makna. Dan sastra (untuk) anak, mencoba meletakkan kembali dasar-dasar literasi lewat hal-hal sederhana: tentang rambut yang terus tumbuh di kepala, cacing yang menggeliat-geliat ketika sebagian tubuhnya hilang, juga tentang rumput atau pohon yang tumbuh di halaman rumah,” ujar Sukandar selaku koordinator acara.
“Anak-anak diajak untuk kembali mendekat dan mencatat: mengapa, siapa, dan bagaimana rambut, si cacing, rumput, dan pohon itu? Bersama membuka kamus-kamus, menyerap arti denotasi/umumnya yang hari ini seperti diabaikan. Semangat itu menjadi titik tolak dari kegiatan ini. “Iqra”, membaca kembali segenap tanda, peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun di luar diri manusia. Khususnya bagi dunia anak, mengajak mereka untuk menyerap segenap peristiwa kehidupan, mengumpulkan sebanyak-banyaknya arti denotasi sebagai bekal kelak di tumbuh, hidup di tengah zaman yang terus berubah,” imbuhnya.
Rangkaian acara kali ini terdiri dari workshop/pelatihan, Sarasehan, dan Pertunjukan sastra untuk anak. Workshop menyajikan pergelaran wayang kartun dengan dalang Bagong Soebardjo yang mengangkat cerita Timun Mas. Di sini anak-anak diberi ruang yang luas dan bebas untuk mengamati sebuah pertunjukan tanpa ‘campur tangan’ orang tua/pendamping. Anak-anak diminta untuk menuliskan apa yang ditemukan dan menuliskannya menjadi catatan dan karya sastra entah apa pun bentuknya.
Forum sarasehan menghadirkan beberapa pihak yang memiliki perhatian dan kompetensi dalam dunia sastra dan anak. Akan hadir sebagai pembicara Iman Budhi Santosa (penyair/sastrawan), Effy Widjono Putro (pengasuh rubrik “Anak” koran Kedaulatan Rakyat), Kak Acep Yonni (seorang pendongeng dan juga guru), Yona Primadesi (orang tua dari penulis cilik), serta Ade Yulia Nurdiana (penulis cerita anak). Selain itu akan ada pendampingan edukatif oleh penggiat sastra dan literasi anak. Peserta yang melibatkan komunitas dan kantong literasi anak di Yogyakarta, serta peserta umum yang berkenan terlibat dalam “urun rembug” bersama tentang sastra (untuk) anak.
Di akhir kegiatan akan dihadirkan beberapa pertunjukan sastra. Mendongeng oleh Kak Arif Rahmanto, drama anak disajikan oleh Komunitas Ajar Sastra Kulon Progo yang dimotori Muhammad Shodiq, dan baca puisi dari para penulis cilik seperti Abinaya Ghina Jamela, Niha Khoirunnisa, dan Mahanani Nismara Bumi. Arena ini dimaksudkan untuk memberikan tontonan dan tuntunan yang menghibur diperuntukkan bagi anak-anak, orang tua, dan penggiat dunia literasi anak.
“Demikianlah, “Bergembira di Taman Sastra” versi SPS ini didukung oleh banyak pihak: Komunitas-komunitas, Taman Budaya Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY, serta para narasumber yang telah meluangkan tenaga dan pikiran untuk berkenan manjing ajur-ajer di kegiatan yang sangat prasojo ini. Inilah salah satu cara merayakan perjalanan usia SPS. Terima kasih, semoga bermakna, jabat erat dari kami, SPS-Man yang terus belajar hadir dan mengalir, serta ready on stage, mengawal geliat sastra Yogya,” pungkas Sukandar.