Sambungan Kata
Kata-kata yang derita itu, bergerumun dengan kata-kata si keriput gagap. Mereka berencana: untuk menggulingkan dua antitesis yang kosong melompong otaknya. Barangkali mereka tak dilahirkan dengan otak yang pas. Sehingga mungkin di antara selang waktu sisa bodohnya, si otak keluar liburan dan tak kembali. Atau mungkin si otak sudah nemu tempat yang lebih cocok daripada cangkang lamanya. Meniggalkan dua laba-laba ini seperti robot. Tapi robot jauh lebih berotak daripada mereka. Lebih baik mana kalau begitu: laba-laba tak berotak tapi soleha atau robot erotak rajin tapi mahal?
Rintihan Kata
Kata itu berlari kencang di atas lidah. Melata nelangsa di gerahan bawah, lalu ke depan dan sampai di bibir bawahnya nan menggoda. Kata itu merayap di rongga mulut-mulut dan terpantul di langit atas Sang Perawan berkaca-mata. Namun sayang. kata-kata itu tak bahagia. Justru mereka berkeliaran dengan nangis-nangis ke sana-sini. Terus-menerus Sang-Perawan-Kacamata memproduksi kata-kata yang ia olah dari bahan mentah bernama: buku. Lantas siapakah yang sedang berucap itu? Sang-Perawan-Kacamata? Buku?
Resah
Kutorehkan daya hidupku.
Di secarik risau,
yang bernama puisi.
Berharap, simpang
di antara kita itu,
dapat terkikis dengan kata “jika”.
Perlahan-lahan kata “jika” itu,
bermetamorfosis menjadi “memang”.
Dan itu memabukan.
Pusing kepalang.
Jantung ini,
dibuai olehnya.
Tapi tak ada manifestasi,
kata “benar”
yang mengikrarkan Kita.
Hingga memperpuruk
ikatan kita,
dengan tambahan “?”
Akankah puisi ini,
berharga di matamu,
jika kulukis kata “sayang”?
Pengetahuan
Tak ada yang lebih membebaskan selain pengetahuan.
Ia dengan manjannya gelitik,
belenggu-belenggu samar yang memaksa.
Tak ada yang lebih indah selain pengetahuan.
Ia patahkan kejora-kejora,
yang tertanam di rasio budak-sanak.
Tak ada yang lebih memuaskan selain pengetahuan.
Ia jewantahkan kegila-gilaan,
yang terkubur pilu bersama mayat bangsa.
Ingin kukecup kening pengetahuan itu,
dan bersanding di pelaminan kelak,
tuk wujudkan kelindan-kelindan harmonis.
Pembebasan
Lepaskan buku itu
Dari rantai penghisap
Biarkan ia melaju
ke abstrak-abstrak terperangkap.
Arahkan ia ke hulu
samudera yang tersingkap.
Jangan sampai ia buntu,
dan tertinggal di ruang pengap.
Buatlah bangsa-negara maju,
dan hilangkan stigma gagap.
ARIFIAN FAJAR PUTERA
Mahasiswa Sosiologi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktif dalam forum diskusi kemasyarakatan dan tertarik terhadap kesusastraan. Dan tidak kalah menarik ia juga gaul karena memiliki akun twiiter (aarifianfajar), facebook (Arifian Fajar), dan tentu saja Instagram (arifianfajarz). Jika ingin berbincang-bincang dengan orang satu ini bisa hubungi nomor 089643909289. “Kata-kataku ialah kesepian dan kehampaan yang rindu akan lakonnya dalam masyarakat” itulah frasa miliknya.
Ilustrasi oleh Mathotian Enka.