Nyapardi Ngewiji
aku ingin menikahimu dengan sederhana
dengan mahar gaji pertama.
tak perlu menutup jalan
tanpa menyewa gedung seminar.
cukup di masjid desa yang sepi jamaah
dengan saksi para petani
yang sudah kehilangan sawah.
diarak keliling kampung di atas becak
yang kerap pulang tanpa uang.
biarlah kita jadi hiburan
anakanak sekolah yang keberatan
membawa buku pelajaran.
baju pengantin kita pesan
pada penjahit sebelah rumah
yang hanya laku saat lebaran.
tak perlu catering tak perlu minuman kemasan
ibuibu tetangga semuanya pandai
meramu masakan meracik minuman
kita hanya perlu memberi mereka kepercayaan
menyambut dan menjamu undangan.
pernikahan kita mestilah menjadi kebahagiaan
bagi setiap yang mendengar dan menyaksikan.
maka tak perlu pula berbulan madu
bila akan menimbulkan sesama cemburu
cukup di rumah dengan banyak mengunci pintu
berbagi jiwa dalam tubuh yang menyatu.
2018
Seorang Lelaki yang Menanggalkan Kepalanya
jika cara menjatuhkan hati paling sederhana adalah dengan memandang,
bagaimana dengan menanggalkan kepala?
sebab ada yang terlalu berat untuk terus ditanggung dan disangkal,
terlalu keras hidup dan terlampau kerap muncul.
dalam kepala pertanyaanpertanyaan adalah siksaan.
kecurigaan pada segala yang akan.
keraguan untuk semua yang telah.
dan yang kini kelak semata menjadi ingatan:
sesuatu yang tak dapat digenggam kecuali sebagai masalah.
hutan adalah segala kemungkinan yang tumbuh,
menjalar, dan senantiasa teduh dalam kegelapan.
dan lelaki itu hendak memasukinya,
demi pergi dari seorang perempuan
yang mengikat semesta pada pergelangannya.
apa yang tumbuh sebagai rindu adalah masa lalu.
apa yang disebut kenangan adalah kegagalan untuk mengulanginya.
apa yang diletakkan dalam kepala dapat lepas,
apa yang dilekatkan dalam hati masih bisa dicuri.
maka setiap langkah adalah kemungkinan untuk jatuh.
dan setiap jarak adalah ruang tunggu bagi luka dan kamar kerja bagi ketabahan.
lelaki itu menanggalkan kepalanya semenjak pertemuan pertama
di atas meja makan malam sepasang kekasih:
perempuan yang mencintainya dan lelaki yang mencintai perempuan itu.
2017
Lelaki yang Menunggumu hingga Membatu
hatiku apel merah yang menimpa kepala Newton
matamu adalah bumi dengan daya tariknya.
aku pernah bertanya kepadamu—tanpa nada merajuk:
jika aku hendak membuat sebuah garis panjang
berliku, maukah kau menemaniku menitinya hingga jatuh?
bibirmu menjelma daun kuning terayun angin
ukurlah lebih dulu, katamu, berapa jarak terjauh
antara kehampaan dan keheningan
adakah sedekat kesepian dan kedinginan?
kau pergi selagi aku mengingatingat rumus
mematahkan dan menyambung jemari sebagai penggaris
kau semakin pergi ketika dadaku penuh kemungkinan
atas segala jawaban yang senantiasa jauh dari kebenaran.
aku berhenti ketika kau makin berlari
sebab menunggu adalah sebuah siasat
mengejar adalah mengumbar hasrat
pada yang kedua kau akan merasakan kebebalan
pada yang pertama kau akan menemukan kesetiaan.
2017
Lelaki Kepala Batu yang Memejamkan Mata
takdir tak pernah melangkah pada garis telapak tanganmu
sebagaimana gugusan bintang yang tak pernah mampu
meramalkan kapan waktu yang tepat untuk jatuh hati.
tibatiba saja mata kita bergenggaman
tanpa ada yang mau melepaskan
tanpa ada yang mau dilepaskan.
musim hujan pun menjelma pintu
bagi rindu yang kerap bertamu tanpa kenal waktu.
kau menari setiap kali aku bernyanyi
aku sembunyi agar engkau bisa mencari
kita berlari untuk saling mengejar
berbagi lelah bertukar dekap
menyalakan api di setiap istirah
dan terbangun dari segala mimpi yang melenakan.
kau dan aku menjelma dua orang bodoh
berpurapura bahagia dengan derita di pelupuk mata.
kita, meskipun berdua, terlalu penakut
untuk tidak menghadapi apa pun.
bahkan setiap kali lonceng gereja dekat rumahmu
menerbangkan burungburung,
kita akan menunduk, seolah-olah tahu bahwa Tuhan
sampai kapan pun akan tetap pencemburu.
sementara orangorang, berbaju dan berdandan rapi
yang memeluk kitab suci di minggu pagi itu,
masih saja tekun bersekutu bagaimana menyiasati waktu
dan berdoa demi keselamatan dari dosa kita.
kau dan aku, selepas lama tidak bertemu
masih dua orang keras kepala
yang purapura tidak saling mencintai
sementara rindu demikian membatu
dan kita diamdiam tekun memahatnya
dengan jarak serta percakapan yang serba sebentar,
percakapan yang senantiasa tak pernah ingin diselesaikan.
kita, Maria, dua orang beradu punggung,
akan tetap di sini, seperti ini, selamanya bergeming,
memandang bayangan dengan melupakan cahaya.
dan memejamkan mata adalah cara terakhir mengekalkanmu dalam ingatan.
2016—2017
Ada Seorang Gadis Tumbuh dalam Dadaku
ada seorang gadis tumbuh dalam dadaku
setiap hari ia mengikat tali sepatu
demi terus berlari dari masa lalu
tapi lukanya masih terpikul di atas bahu.
bila pagi hari ia menyibak tirai,
mematikan lampu, dan membuka jendela.
ditatapnya hari depan pada matahari.
barangkali masa depan cuma bayangan, gumamnya
sebab tiap siang demikian bergelora dengan harapan
namun begitu malam sering sengsara ditimpa kenangan.
ia akan membuka pintu sebelum menyapu
membersihkan ruang dadaku
sambil bernyanyi sebuah lagu
tentang lelaki yang tubuhnya ia huni: .
“Dialah bujang peladang
menggali dadanya demi
menanam sunyi di tubuh sendiri.
Dialah bujang pengarang
tekun piawai menyiasati cemburu
tapi tak pernah cakap menyembunyikan rindu.
Duh bujang peladang
duh bujang pengarang
hujan yang berkali jatuh tak pernah terluka
hati yang sekali jatuh melukai segalanya.”
ia biasa menghabiskan waktu
dengan berlari sambil bernyanyi.
hingga dadaku sering ngilu dibuatnya.
namun, aku cukup mengerti
antara kepiluan, yang berusaha ditinggalkan,
dan kebahagiaan, yang hendak ditujunya,
tak lain sebuah siklus, dan ia tengah menaik.
dan ia butuh waktu lama.
ia baru akan berhenti ketika petang
saat bayangannya menghilang
lalu mulai menyalakan lampu,
melepas sepatu, menutup jendela dan pintu,
dan berbasuh dari kenangan.
bila telah bersih seluruh tubuh
dan tiada lagi lelah ia akan rebah
pelanpelan memejamkan mata
mendengarkan detak jiwanya
menata mimpinya
dengan napas teratur sampai tertidur.
setiap malam aku menjaganya agar tidak terbangun
sebab besok ia akan kembali berlari dan bernyanyi,
terus bertumbuh menyalakan dadaku dengan nyali.
2018
Asef Saeful Anwar, tukang di situs kibul.in.
Ilustrasi oleh Mathorian Enka.