Rubaiat Taman Sorga
Bunga-bunga mekar tak pernah sukar
Pada tubuh tamanmu yang gemar segar.
Dengan senyum, doa dan penuh rindu
Banyak orang-orang menyiraminya tanpa keluh
Berseru begitu maha aduh.
Tuhan beri kita taman sorgamu
Tempat segala macam bentuk kata bermuara
Merangkul para penyair nusantara
Untuk menyeduh sejarah pada palung tubuhnya
Dan sesekali menggoda para perawan atau janda
Lalu mereka anggap sebagai selir setianya
Di taman sorgamu itu para sanak penyair
Tak pernah alpa memberimu syair-syair
Sejuk mengalir sambil berdesir
Pada rongga dadaku yang fakir
Secangkir puisi dan seberkas kopi
Adalah kawan penangkal sunyi
Merekapun hirup bersama-sama
Hingga hilang obituari insomnia
1968 hingga sekarang
Namanya akan tetap narasi
Pada setiap jengkal hidup kami
Annuqayah, 2022
Cericit Puisi
Saat puisi-puisi hinggap di jendela mataku
Mereka bercericit namamu penuh riuh
Namun ketahuilah,
Mereka hanya sekedar membawa kabar
Tentang asmara kita yang telah pudar
Annuqayah, 2022
[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Kumpulan Puisi Suku Sastra[/button]
Pengasingan
Taukah engkau…?
Kata perkata yang dulu kita rakit
Kini, mereka berduka bersama secangkir kopi pahit
Tangisannya membuat bangsa burung gagap berkicau
Dan sejenak mengasingkanku ke ceruk pulau galau
Annuqayah, 2022
Di Kota Tua
Muara kata yang ia hadirkan di kota tua
Merabah luka samar-samar di mulut pena
Menjelajah pada setiap ruas kolom bahasa
Ya…
Memang kehadirannya
Yang tak pernah kucurigakan
Ternyata selalu menyisir narasi Tuhan
Sempit dalam cawan
Beratus-ribu-juta pujian
Kepadanya melayang-layang
Moga-moga tak membuatku cemburu tujuh turunan
Annuqayah Mata Pena, 2022