Menu

Rapat Evaluasi Menikmati Gallery Prawirotaman Hotel

Teman saya si Ulat Bulu, mengabarkan bahwa kami akan rapat evaluasi pada 26 – 27 Oktober 2017. Saya jawab, hanya bisa tanggal 26. WhatsApp Grup kemudian dibuat meski dengan nama yang cukup aneh bagi saya. Pasalnya, tak sembarang orang diundang dalam acara itu. Begitu saja respon saya, lalu tenggelam dalam kenikmatan menulis.

Di hari berikutnya, melalui WA Grup itu dikabarkan bahwa acara akan diselenggarakan di Gallery Prawirotaman Hotel. Saya tak ambil pusing ketika Bu Mandor, sebutan untuk Sukma Smita, mendata teman-teman yang bersedia menginap. Batin saya bilang, “Halah, ngapain nginep, paling ya hotelnya ecek-ecek.” Tapi diam-diam saya pamit izin menginap kepada istri untuk berjaga-jaga jika rapat itu alot dan membutuhkan waktu lebih lama.

Di hari yang dijanjikan, istri saya sudah menyiapkan barang-barang yang akan saya bawa menginap. Sebelum berangkat, saya buka layanan peta global melalui Android. Ketemu letak Gallery Prawirotaman Hotel. Beberapa foto terlihat dan saya sentuh. “Hhhmmm… Bagus!” Hati saya mulai goyah.

Saya berangkat dengan mencium jabang bayi di dalam perut istri saya. Sekira 15 menit saya sampai. Begitu sampai di parkiran, saya menyesal sudah menyebutnya “hotel ecek-ecek”. Ekspekstasi saya dipatahkan oleh realitas hotel itu. Hotel yang bagus, nyaman, asyik. Eits! Tapi saya belum tertarik untuk menginap meski sudah goyah sejak pertama lihat fotonya. Seandainya hotel itu perempuan, bisalah dikata “witing tresno jalaran songko rupo”, jatuh cinta pada pandangan fisik.

Rapat segera dimulai ketika semua sudah berkumpul. Tak dinyana, saya harus memoderatori rapat itu. Baiklah. Toh, bukan pekerjaan berat. Saya melihat teman-teman cukup nyaman dalam ruangan itu. Ruangan cukup luas, audio yang memadahi, dilengkapi kamar kecil yang bersih.

Sesi I Rapat Evaluasi berjalan dengan baik. Kami istirahat sejenak. Di luar ruangan, Bu Mandor mendata lagi siapa yang bersedia menginap. Satu per satu teman-teman menjawab. Saya belum juga memutuskan.

“Saya sekamar sama siapa?” tanya saya.

“Maunya sama siapa?” tanyanya balik. Mau saya jawab ‘Sama kamu,’ tapi kok ya suaminya ikut. Gagah pula suaminya.

“Sendirian?”

“Boleh,”

“Bawa istri?”

“Boleh,”

“Aseekk,”

Saya putuskan untuk menginap. Lalu saya pura-pura sibuk dengan handphone. Saya hubungi istri saya dan memintanya ke hotel. Itung-itung untuk liburan dia. Liburan apaan, deadline aja banyak. Ganti suasana kerja deh, kalau gitu.

Sesi II Rapat Evaluasi dimulai dan berjalan dengan baik hingga selesai. Saya agak heran, kenapa rapat ini begitu lancarnya. Setengah jam kemudian saya baru tahu jawabannya. Alamak! Teman-teman pengin menikmati fasilitas hotel. Sebagian teman sudah menceburkan diri ke dalam kolam renang.

Selepas Maghrib, istri saya datang. Dia sepertinya menikmati suasana kamar yang langsung menghadap ke kota. Lalu saya mengajaknya makan malam yang sudah disediakan pihak hotel. Saya termasuk yang paling terlambat menikmati makan malam. Teman-teman sudah selesai dengan urusan perut dan bersuka ria bermain air di kolam renang.

Selesai makan, kami bergabung dengan teman-teman, duduk-duduk menikmati suasana di pinggir kolam renang. Asyik juga.

Puas menikmati suasana, kami naik ke kamar di lantai 3. Saya tak langsung tidur. Istri sibuk dengan laptopnya, saya pun demikian. Sudah saya katakan, kan. Tak ada liburan, hanya berganti suasana. Tapi, suasana yang mendukung membuat saya semangat menyelesaikan deadline. Baiklah, saatnya tidur di hari pertama.

 

***

Hari kedua saya memoderatori lagi. Sesi III dan Sesi IV sama seperti hari sebelumnya. Sesi V lebih panjang dari sesi-sesi lainnya. Pasalnya, sesi ini akan menentukan seperti apa laporan yang akan dibuat. Didukung suasana yang nyaman di dalam ruangan, diskusi berjalan dengan baik, bahkan dua jam lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

Sekira pukul 19.00 rapat baru selesai dan ditutup secara resmi. Kami menikmati makan malam setelahnya. Beberapa teman juga mengajak keluarganya untuk menikmati suasana dan fasilitas hotel itu. Saya melihat mereka begitu nyaman. Sebagian berenang. Saya tidak. Bukan tidak mau, tapi karena tidak bawa celana renang. Lha nggak tahu kalau hotelnya bagus begini.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Si Kepet, lelaki tatoan berwajah manis itu datang meminjamkan celananya. Saya pun menceburkan diri bersama teman-teman. Nikmat sekali berenang malam itu setelah dua tahun tidak bermain kecipak air. Maklum, saya ada kendala dengan air sepanjang 24 purnama itu.

Istri saya kemudian mengajak ke kamar. Ia agak lelah ingin istirahat. Saya segera mentas, sembari menjanjikan kepada istri bahwa pagi nanti kami akan berenang bersama. Konon, berenang bagus untuknya yang sedang hamil.

 

***

Pagi-pagi sekali kami sudah bangun, dan menuntaskan janji. Berenang bersama, menikmati suasana yang beberapa jam kemudian harus kami tinggalkan. Istri saya sangat menikmati pagi itu. Terakhir ia renang mungkin beberapa bulan lalu. Cukup lama di kolam renang dan akhirnya kami harus mentas juga.

Pukul 11.00 saya mengirim pesan melalui WA Grup.

“Cabut, yuk,”

“Ke mana?” tanya Kepet

“Kembali ke dunia nyata,” Bu Mandor membantu saya menjawab.

Tuliskan komentar