Menu

Puisi-Puisi Nur Farida

Penyanyi Tua Pemain Kecapi

 

Petikan kecapi mengilhami seratus melodi
melengking panjang
menyeru jiwa-jiwa pulang
menembus cakrawala, langit, dan bumi

Penyanyi tua membuat simfoni
yang menembus telinga indrawi
menjelma Isrofil zaman kini
hadir di setiap waktu jika kau hendaki

Usiamu terlalu lanjut
dipermainkan oleh bunga-bunga layu dunia
petikan senarmu membawa sadar mereka yang serakah

__________

Aku Berjalan Terus

Aku bejalan terus akhirnya
Mengikuti kapal-kapalanku yang sarat muatan
Cinta dan duka kupendam jadi satu di dalamnya
Tanpa bisa menghitung banyaknya

Cinta kita lahir dari perasaan air mata
Tak tahu di pelabuhan mana bakal turun
Dan siapa bakal menjemputku
Mudah-mudahan di pangkuanmulah turunnya

__________

Gergaji Tua

Dari jauh kupandang laki-laki tua itu
Mengayunkan gergaji tua dengan tanpa menyerah
Semangat mengetuk hati orang yang melihatnya
Mengubah pandangan yang renta biasa saja

Gergaji tua itu pahlawanku
Mengukir indah hidupku
Menjadikanku seorang guru
Bagi ananda serta anak didikku

Maaf kubelum bisa membahagiankanmu
Hanya doa serta kutunaikan kewajibanku
Maaf belum cukup kuhapus air matamu
Perlahan-lahan kan kubuang beban di pundakmu
Memberikan kehangatan di setiap senyuman

Salam sayang salam rindu
Semoga sehat dan senang selalu
Gergaji tua itu mengingatkanku akan ketulusanmu
Menggendongku, menuntunku, dan mengangkatku

__________
Nur Farida. Lulusan kampus UNY jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia 2008 ini, lahir pada 14 Februari 1984. Setelah lulus UNY, dia pernah mengabdi sebagai pengajar di MA Ma’arif Saripan, MA Nurul Ittihad Demak, dan Madrasah Nurul Huda Platar, Tahunan, Jepara.

Setelah menikah dengan Agus Susilo Utomo, dia hijrah ke Jogja dan tinggal di Prambanan. Aktivitas yang digeluti saat ini masih di dunia pendidikan dengan menjadi pengajar di SMP Angkasa Lanud Adisutjipto Yogyakarta. Selain itu, dia juga mengajar di Cendikia Home Schooling.

Puisi “Penyanyi Tua Pemain Kecapi” dan “Aku Berjalan Terus” diambil dari buku Stasiun Perjamuan (2007) dan puisi “Gergaji Tua” diambil dari buku Cilukba (2017).

No Responses

Tuliskan komentar