Menu

Puisi-Puisi Mohammad Cholis

Tuhan Adalah Ibu 

 

Ia bergandengan dengan waktu 

berlarian di atas angka-angka kalender 

meringkas ucapan selamat ulang tahun 

dari tahun ke tahun 

dan hari kemarin resmi menjadi kenangan 

Saat bayang kita perlahan gugur

 

Tak ada yang dapat membuat jeda 

meski satu detak dari jantung kita 

kita mesti tumbuh dan Tuhan berperan sebagai ibu 

ibu dari segala kesedihan dan kebahagiaan 

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Mati Sebelum Mati 

 

Pagi lebih dulu memejamkan matanya 

sebelum subuh terjaga 

segala riuh mati memendam rindu 

 

Siang adalah rasa kantuk paling terkutuk 

yang diam-diam menggantungkan diri 

di setiap runcing bulu matamu 

seperti batu berat engkau terjerat 

 

Sore mengajak engkau menjelajahi senja 

keindahan sementara yang sebentar lagi tiada 

warna tembaga menyimpan luka menganga 

mayat-mayat digantung seperti dalam museum 

 

Malam dilukis para petapa pemalas 

bulan memutuskan untuk bunuh diri 

sebelum cahanya diambil sebagai pengganti

bola matamu yang mulai redup 

dan aku tak lagi menemukanmu dalam puisi 

melainkan sepi pembawa mati 

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Jalan yang Dibuat Perempuan 

 

Perempuan telah membuat 

rambu -rambu di perjalanan kita 

tangannya menggaris dua jalan:

antara impian dan kematian 

 

Selebihnya selipkan nama Tuhan 

agar kau tak pernah salah tujuan 

 

Yogyakarta, 2020 

 

__________

Permainan Kartu

 

Seperti dalam permainan kartu 

aku nasib angka yang ditata di atas meja 

kita hanya tahu 

ganjil akan meminang genap setelahnya

kini waktu adalah teka-teki

yang mengasingkan engkau di dasar hati 

 

Satu sama lain bertutur sapa 

merayakan cinta menggelar tawa 

sedang aku tak kunjung menemukanmu 

sebagai pasangan yang utuh

untuk sekedar melepas rindu

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Sajak-Sajak Sebatang Rokok 

 

/

Sunguh, mengingat tentangmu

lebih berbahaya daripada penyakit 

kanker yang ia sebar 

 

/

Saat engkau datang Bersama kenangan 

maka ia yang paling sabar 

menyimpan kepedihan 

 

/

Ketika aku menulis tentang kita 

maka ia adalah kehangatan 

yang tak perlu dekapan 

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Setelah Kepergianmu 

 

Setelah kepergianmu 

puisi adalah guru 

yang mengajariku cara mencintaimu 

tanpa rasa ragu dan mengahapus kata “jatuh”

 

Setelah kepergianmu 

puisi adalah ruang 

tempat aku memadamkan riuh rindu 

tanpa harus ada kata “temu”

 

Setelah kepergianmu 

puisi adalah barisan huruf

untuk mencatat namamu dan namaku

seperti kemarin kita pernah menulisaknnya 

di tanah lapang sebelum hujan datang 

 

Setelah kepergianmu 

puisi adalah kamu 

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Ketika 

 

Ketika aku menulis puisi 

namamu lah yang tertulis 

pertama kali 

 

Ketika aku menulis pagi 

bulan adalah wajahmu 

yang terus ingin dipandang 

 

Ketika aku menulis hujan 

desis angin menghantar dingin 

dan setumpuk kenangan 

 

Ketika aku menulis tentang Tuhan 

Tuhan membisikkan namamu 

sebagai takdir yang telah ditetapkan 

 

Yogyakarta, 2020

 

__________

Pertemuan 

 

Ini peretemuan 

yang mesti kita laksanakan

 

Saat dimana 

waktu telah menemukan titik tujuan 

menutup segala arah jalan 

akhir dari cerita cinta Adam dan Hawa 

 

Jantungku berhenti berdetak 

nafas hanya menyisakan nama Tuhan 

yang sudah melupakan kita 

 

Kicau burung terdengar dari arah barat 

menggring matahari yang tersesat 

lalu, gunung-gunung berhamburan 

seperti hal-nya angin menghempas dedaunan 

anak yang masih merakit kenangan 

rambutnya akan ditumbuhi uban 

ibu yang baru saja melahirkan 

anaknya akan dilupakan 

karena tak kuat

menyaksikan pertemuan 

 

Yogyakarta, 2020

No Responses

Tuliskan komentar