Menu

Puisi-Puisi MH. Dzulkarnain

 

 

Salam Untukmu

                 ;nihalda

 

Salam untukmu
Segala bentuk puja-puji bagi puisi
Yang telah menikmati
Parasmu dalam ruang raung sunyi ini

Huruf-huruf terus bercericit dengan riang
Di atas dahan-dahan pohon kenang
Mereka gemar bernyanyi
Pada tiap tapak kaki yang telah narasi

Aku tetap di sini
Menetap dan meratapmu
Pada jarak yang berjejak sajak
Pada waktu yang membungkus rindu

Aku masih tetap di sini
Menungumu dengan sayang
Walau kau telah dipinang Tuhan

 

Annuqayah, 2021

 

 

 

 

Apa Kabar

;sherli

 

Apa kabar li…
Pagi itu kau membangunkanku di mata ranjang
Membawa kabar bahwa mentari telah usai memeluk malam
Aku terkejut melihat butir-butir kata itu
Bersujud di hadapanmu dengan ramah dan malu
Memberiku tahu, bahwa engkau adalah Tuhan
Dari puisi-puisiku yang telah angan

Li…
Kita memang tak pantas berasmara
Apalagi saling tukar melempar kata
Setidaknya senyum yang pernah kita lukai bersama
Adalah sejarah kelam Rama dan Sinta
Yang akan memberi rahmat dan nikmat kasih
Pada setiap lekuk tubuh bait puisi ini

 

Annuqayah, 2021

 

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big”] Baca puisi-puisi lainnya di sini[/button]

 

 

Di Bumi Tubuhmu

 

Di bumi tubuhmu
Ikan-ikan lokan berdoa sambil berenang
Burung-burung bercericit sambil terbang
Mereka tak ada lelah bermanja pada Tuhan
Memulung segala bentuk kasih sayang
Pada palung relung hatimu yang remang

Dari kutub rambut hingga kutub kakimu
Aku merasakan suatu keajaiban
Yang bakal kekal dan dapat kupandang rindang
Dari kejauhan mata waktu yang mengeram dalam ranjang

Di dada khatulistiwamu pula
Nikmat hangat sorga terhampar di pulau sajadah
Membujuk dan mengajakku beribadah serta berdoa
Agar tetap berumur bumi tubuhmu yang subur

 

Annuqayah, 2021

 

 

 

 

 

Rubaiat Kisah

 

/1/
Dari beberapa kata yang kupungut dari kasihmu
Hanya sebagian melekat pada tubuhku
Suara-suara mulai menggema di goa mimpi
Mencium para gadis dengan penuh rintih

/2/
Matahari yang kupinjam dari kedua matamu
Memberi tahu bahwa engkau adalah hari-hari mataku
Setiap kali kukecup kening lukamu
Di situlah aku menerima nikmat dari Tuhanmu

/3/
Awan yang kupinta dari panas kepala
Mencoba untuk diam dari dendam seorang wanita
Anak-anak bernyanyi sambil memeluk angin
Hingga tak terasa sesuatu yang mereka ingin telah dingin

/4/
Mungkin saja aku telah meredam tawa luka dulu
Hingga aku tak lagi merasakan hangat pekat kopi ibu
Yang rajin berzikir dan berdoa di surau
Tempat dimana ia menunaikan ibadah galau

/5/
Oh… kapan lagi kita bermanja bersama hujan
Sepotong kata yang Tuhan turunkan di sepanjang jalan
Untuk kita puisikan di bawah payung kesunyian
Dan pada akhirnya kau dan aku dituntut untuk saling melupakan

 

Annuqayah, 2021

 

 

 

 

 

Kau, Aku dan Tuhan

 

Kau adalah awan
yang datang untuk pulang

Aku adalah hujan
yang pulang utuk datang

dan
Tuhan adalah kehidupan
awal di mana kita datang
dan
akhir di mana kita pulang

 

Annuqayah, 2021

Tags:

Tuliskan komentar