KISAH PARA PENJUAL OBAT ANTI CORONA
Tersebutlah di dalam berita di televisi dan media sosial YouTube, para penjual obat anti corona. Konon mereka telah menemukannya. Padahal, para ahli farmakologi sedang mengembangkan usahanya untuk membuatnya.
Penjual obat pertama menawarkan obat herbal berupa cairan di dalam botol kecil. “Dengan rajin meminumnya, daya tahan tubuh akan terjaga,” katanya. “Virus corona menjadi tak berdaya. Mati dan lenyap”, katanya lagi. Namun, harganya mahal sekali. Tak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan. Konon penemunya bergelar profesor.
Penjual obat kedua menawarkan kalung anti corona. Berbahan pokok kayu putih. “Dengan mengenakan kalung ajaib ini, virus corona tak dapat mendekat”, katanya. “Si virus akan menyingkir”, katanya lagi. Tak disebutkan berapa harga kalung anti corona ini. Mungkin mahal, mungkin murah, bisa jadi. Konon penemunya bergelar menteri.
Penjual obat ketiga menawarkan pengobatan alternatif. “Buah kelapa hijau menjadi medianya. Setelah dibelah, diambil air kelapanya”, katanya. “Dengan meminum air kelapa hijau dan diiringi pembacaan ayat-ayat suci, virus corona tak menyambangi seseorang”, katanya lagi. Harganya terjangkau siapa saja. Konon penemunya bergelar haji.
Rupanya apa yang ditawarkan oleh para penjual obat anti corona hanya spekulasi belaka. Sebab para ahli obat di seantero jagat sedang bereksperimen di laboratorium. Mereka berusaha keras menemukan vaksin dan obat anti corona.
Cibinong, 2020
[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big”] Baca puisi-puisi lainnya di sini[/button]
AMBULANS YANG MEMBAWA PETI MATI
Mobil ambulans menyibak gerimis pagi. Bunyi sirine meraung tak henti-henti. Mobil dikawal pak polisi. Meminta sedikit ruang dari pengguna jalan untuk berlari. Di dalamnya terdapat peti mati. Berisi jenazah yang meninggal malam tadi.
Ketika masih hidup almarhum adalah seorang pejabat. Virus corona menyerangnya hingga sekarat. Ia tak tertolong hingga hidupnya pun tamat. Apa boleh buat. Meski semua diupayakan kuat-kuat. Nyatanya hidup hanya menunda kiamat.
Di sepanjang perjalanan dari rumah sakit jenazah hanya diam membisu. Cuma arwahnya yang meratap dan menangis pilu. “Kenapa mobil mewahmu tak membawamu?” Begitu suara-suara gaib bertanya tanpa ragu. Sebuah pertanyaan yang mengharu biru.
“Mengapa Tuan, ketika hayat masih dikandung badan, Tuan mati-matian mencari sesuatu yang tak dibawa mati, hingga Tuan kini berada di dalam peti mati?” Begitu suara-suara gaib bertanya bertalu-talu. Seolah pertanyaan yang membelenggu.
Apakah almarhum dikebumikan di taman makam corona? Tidak demikian tentunya. Ia dimakamkan di tanah keluarga. Di samping rumahnya yang seperti istana. Hingga istri dan anaknya dapat menjenguknya kapan saja.
Cibinong, 2020
CELOTEH PAK MENTERI MENGENAI PENDERITA CORONA
Pak Menteri mengatakan bahwa tidak setiap orang yang meninggal dunia ketika wabah corona masih mendera dunia, tidak mesti penderita corona. Bisa jadi mereka-mereka yang meninggal dunia pada saat ini mengidap penyakit asma. Mungkin pula mengidap penyakit jantung. Bisa saja mengidap penyakit diabetes. Barangkali mengidap penyakit darah tinggi. Bahkan dapat pula mengidap penyakit stroke. Kata dokter mereka mempunyai penyakit bawaan.
Namun, mereka-mereka harus tunduk dan taat kepada protokol kesehatan ketika wabah corona masih merajalela. Jika mereka-mereka harus menghadap Allah Yang Maha Kuasa karena takdirnya, mereka-mereka pun akan disebut meninggal dunia karena corona. Jenazahnya dibungkus plastik, lalu dimasukkan ke dalam peti mati. Para pelayat akan melihat bagaimana mereka-mereka dimasukkan ke dalam liang lahat bersama peti mati. Mereka-mereka itu akan menjadi penghuni taman makam corona.
Cibinong, 2020
ALUR PENULARAN PANDEMI COVID-19
Wong A Siu di Wuhan, China, tak menyadari bahwa ia telah tertular virus corona. Wong A Siu menghadiri resepsi keluarga atas undangan sahabatnya Kokoromotomo di Tokyo, Jepang. Kokoromotomo tertular virus corona. Kokoromotomo berkunjung ke Jakarta sekadar berpesiar. Hobinya yang blusukan dan keluyuran ke tempat-tempat hiburan malam menularkan virus corona kepada penyanyi kelab malam.
Bunga – sebut saja demikian nama penyanyi di kelab malam tersebut–tertular virus corona. Bunga sakit karena imunitas tubuhnya lemah. Suhu tubuhnya sangat tinggi, empat puluh derajat celcius. Demam. Selain itu, ia juga batuk-batuk dan kepalanya pusing. Hidungnya tak mampu lagi mencium aroma sate padang yang sedang dibakar dan aroma ikan asin yang sedang digoreng. Setelah diperiksa oleh dokter melalui tes swab dipastikan bahwa Bunga positif menderita Covid-19. Karena Bunga seorang penyanyi berwajah cantik, ia disukai oleh banyak lelaki yang menjadi pelanggan kelab malam tersebut.
Mereka yang sempat berkomunikasi dengan Bunga, sebelum ia menyadari mengidap Covid-19, Pak Edi, bos perusahaan transportasi bus, Pak Mulyo, manajer bank swasta terkenal, dan Pak Rudi, seorang pengacara di ibukota, juga tak menyadari telah tertular Covid-19 dari Bunga. Begitu seterusnya hingga Covid-19 menyebar dan menular ke mana-mana tanpa bisa diputus mata rantainya. Menurut kabar terakhir, penderita covid-19 di negeri ini telah menembus angka satu juta orang.
Cibinong, 2020
SIAPAKAH DIA?
Dia ada di kereta. Ada di bus kota. Ada di balai kota. Ada di Jakarta. Ada di Purwakarta. Ada di Surakarta. Ada di Jogjakarta. Ada di Minnesota. Ada di Dakota. Ada di Atlanta. Ada di Kolkata. Ada di Bogota.
Dia ada di celana. Ada di Singaparna. Ada di Natuna. Ada di Jembrana. Ada di Juwana. Ada di Ghana. Ada Arizona. Ada di Indiana. Ada di Lusiana. Ada di Montana. Ada di Argentina. Ada di Botswana. Ada di China.
Dia ada di Jetis. Ada di Cimanggis. Ada di Bengkalis. Ada di Parangtritis.Ada Ciamis. Ada di Jetis. Ada di Asem Baris. Ada di Memphis. Ada di Paris. Ada di Inggris. Ada di Portugis. Ada di Swiss.
Dia ada di Kedoya. Ada di Surabaya. Ada di Suralaya. Ada di Kroya. Ada di Tasikmalaya. Ada di Nagoya. Ada di Himalaya.
Dia ada di keraton. Ada di Buton. Ada di Kanton. Ada di Boston. Ada di Washington. Ada di Wellington.
Siapakah dia? Jawab: Dia virus corona. Ada di mana-mana. Penakluk dunia. Penebar petaka. Hantu yang meneror manusia.
Cibinong, 2020