Hilang

 

Azan menyayat kesunyian

Kunang-kunang berlarian

 

Ombak menerjang tepi hati

Gema gulana

Memantul dari dinding waktu

Dan lubang kenangan

: tentangmu

 

 

Masih Tentang Jarak

 

Katamu,

Cinta adalah serpihan warna yang terlupa

Cinta adalah konspirasi semesta untuk menyatukan manusia

 

Katamu,

Cinta tak harus dipertanyakan

Sambutlah cinta dan matikan logika

 

Kataku,

Cinta adalah ujung jarak yang terindah

Cinta mencipta ruang rindu dan hasrat

 

 

Dalam Ratap

 

Awan hitam terus bergerak

Berpindah mencari retak

Lalu meratap dan merana

 

Langit menangis,

Bumi menangis

Manusia menangis

Apakah Tuhan juga menangis?

 

Lahar melahap lahan

Laut meraup nyawa

Angin meraja meratakan atap

 

Dan aku terdiam dalam bimbang

Ingin rasanya menghadap Tuhan dan bertanya,

Tuhan, marah atau kecewakah kamu pada manusia yang jemawa?

Hingga kau ijinkan angin, laut, dan lahar melahap manusia

By Krismarliyanti

Anak kedelapan dari sembilan bersaudara yang lahir pada tanggal 7 Maret 1981 di Rangkasbitung, Banten. Menginjak usia satu tahun, ia beserta keluarga tinggal di Sukabumi, Jawa Barat. Masa kecil hingga remaja pun dihabiskannya disana. Memasuki usia dewasa, penulis pun memutuskan untuk kuliah di jurusan sastra Inggris, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Di kota inilah ia mulai mengenal dunia sastra dan juga seni teater lebih jauh. Tahun 2006 ketika gempa besar menimpa Yogyakarta, Krismarliyanti berpindah ke Jakarta dan bekerja di sebuah perusahaan swasta. Kerinduan tentang dunia sastra dan seni terus menghantuinya, hingga akhirnya ketika ia menyelesaikan gelar magister pendidikan di Universitas Pelita harapan, menjadi penulis pun merupakan pilihannya. Pada tahun 2007, salah satu karya puisinya dimuat di buku Medan Puisi, antologi puisi Sempena the 1st International poetry Gathering yang diadakan di Medan. Pada tahun 2016 buku kumpulan puisinya yang berjudul Poetry Anthology Lentera, telah terbit. Beberapa dari puisi dan cerpennya juga telah dimuat di harian lokal dan antologi bersama. Dengan dukungan penuh dari suaminya, Ia pun tidak hanya menekuni dunia menulis. Seni rupa mulai dirambahnya sejak tiga tahun yang lalu. Hasil karyanya telah dijadikan sebagai cover dan ilustrasi di buku antologi pertamanya.

Tuliskan komentar