Menu

Puisi-Puisi Joko Santoso

Requiem Sebuh Lilin II

 

pada api yang menyulut mimpi
kusimpa rapi
kata yang kutulis hati-hati
di setiap rindu yag sempat mati

maka kuhembuskan sajakku
kuatur sedemikian waktu
hingga tak perlu kunodai
kabut, embun di pagi

kemudian ia tumbuh menjadi bayang
meski tua, ia tak ingkar datang
menagih rindu telanjang bogang

tapi sayang, itu terakhir aku
melihatnya, terakhir aku
mengingatnya

saat itu tak sempat
menakik kembali alamat
dari tangis api
dan setiap leleh sunyi
: usia-usia

Yogyakarta, 2006.

__________

Empat Bagis Sajak II

 

gula belum sepenuhnya tersentuh kopi
sajak pun belum jadi
di luar: sepanjang jalan basah menanti
telah sampai di mana: mati?

Yogyakarta, 2006

__________

Empat Baris Sajak III

mataku dibuatNya dungu, aku
tak juga berdaya menuntas sebentar saja mimpi
seperti ada yang selalu menyelubungi Rahasia. Tanyaku
: siap berhuni di luar sepi

Yogyakarta, 2006

__________

Ketika Ku Berlari

: sepanjang Bantul – Sewon

 

ketika ku berlari
di belakang: tertinggal bumi
embun menatap hati-hati
pada mendung yang tanpa pepesti

perlukah menutup pintu rapat-rapat?
atau tinggalkan pesan singkat

perlukah mengemasi alamat-alamat?
dan menyeka air mata sebelum berangkat

di Timur, matahari belum tegak
masih serupa bayangan
seperti sunyi langit dan gaung gagak
terbang! Serpihan angin membawa gugur daun-daun

lalu rekah segala apa
tanah, dinding-dinding bisu, atap kayu
lalu buncah semua apa
tangis, luka-luka, dan duka layu

di mana kausembunyikan usiamu?
kemana kita akan terus berlari?
ketika itu kau terlanjur bisu
hanya bisik itu, katanya: “aku belum mau mati”

Yogyakarta-Bantul, 28 Mei 2006.

__________
Joko Santoso. Smart and cool, itulah kesehariannya. Di samping menggeluti dunia sastra, ia juga senang bergelut dengan dunia olahraga dan otomotif. Di dunia sastra sendiri, karyanya sering dimuat di beberapa media seperti Sastra Tempel, Memoar Perjalanan, Negeri Tanpa Kekasih, Majalah Kuntum. Ketika di media, nama penanya adalah Jika Sentosa.
Puisi-puisi di atas diambil dari Stasiun Perjamuan (2007), antologi puisi sastra Indonesia UNY 2003.

Tuliskan komentar