Menu

Puisi-Puisi Hamzah Jamaludin

Telah aku lalui

 

Telah aku lalui

Aku menyimpannya dalam memoar 

menyimpulkannya di keheningan 

Hingga tak lepas sampai larut menitihkan terka

Tentang hal-hal berarti, tentang rahasia-rahasia lugu, tentang cinta bertepi, memulangkanku pada tempat jauh tak berkasat.

 

Telah aku lalui waktu yang menasbihkan segala memar tak kunjung hilang

Kegundahan menyerang dipesakitan

Hamparan tandus menjulang getir

Kekosongan diri tak menghilang di kejauhan hari.

 

Telah aku lalui

Segala hal yang tak pernah berhenti

Dalam imaji aku tetap bertahan.

 

__________

Kita tak luput pernah berdoa

 

Puan, kita pernah seperti merpati berjanji tanpa untuk mengakhiri

Membingkai enggan untuk menggores

Bertatap di lorong malam tak hendak berpaling 

Lalu ratapan air mengiris berpeluh padamu.

 

sendumu memilih menjadi abu

Dari air mata yang bercucur dariku

Dari balik getir yang kau sebut aku

Tak terus berkecamuk jadi dusta.

 

Ku petik perlahan 

Namun samar nyaring itu terdengar

Masih seperti kita bertatap

Walau tahun hendak beranjak kita tak luput pernah berdoa.

 

Noda itu membekas terhadap kulit-kulit kita yang seolah mengerut

Mawar merah layu

Fajar indah nan perkasa

Tak luput diingat dicerca.

__________

Mati dalam kesendirian

 

Aku sudah mulai layu

Ingatan di kepalaku tandus

Malam hanya tempat suaka pada kemelut

Kau dan aku bertemu di antara persimpangan tempat yang asing

 

Takdir tidak memihak

Kita terombang-ambing

Kebahagian kita tidak menentu arah

Tidak bertuan dan nista

 

Apa yang perlu kita risaukan

Daun-daun yang setiap hari bersuara diterpa angin

Satu bersatu berjatuh

Padahal setiap peristiwa syarat akan makna

 

Kita yang terlambat berkata

Akankah takdir memalingkan dusta

Padahal aku yang kalap menunggu

haruskah kita memejamkan  mata 

berharap tidur, bermimpi dalam berkata-kata

Terlambat, semua terlalu picisan

 

Aku berkata pada satu simpul

bahwa semua cinta sudah kepalang mati

Mati dalam kesendirian.

No Responses

Tuliskan komentar