Telah aku lalui
Telah aku lalui
Aku menyimpannya dalam memoar
menyimpulkannya di keheningan
Hingga tak lepas sampai larut menitihkan terka
Tentang hal-hal berarti, tentang rahasia-rahasia lugu, tentang cinta bertepi, memulangkanku pada tempat jauh tak berkasat.
Telah aku lalui waktu yang menasbihkan segala memar tak kunjung hilang
Kegundahan menyerang dipesakitan
Hamparan tandus menjulang getir
Kekosongan diri tak menghilang di kejauhan hari.
Telah aku lalui
Segala hal yang tak pernah berhenti
Dalam imaji aku tetap bertahan.
__________
Kita tak luput pernah berdoa
Puan, kita pernah seperti merpati berjanji tanpa untuk mengakhiri
Membingkai enggan untuk menggores
Bertatap di lorong malam tak hendak berpaling
Lalu ratapan air mengiris berpeluh padamu.
sendumu memilih menjadi abu
Dari air mata yang bercucur dariku
Dari balik getir yang kau sebut aku
Tak terus berkecamuk jadi dusta.
Ku petik perlahan
Namun samar nyaring itu terdengar
Masih seperti kita bertatap
Walau tahun hendak beranjak kita tak luput pernah berdoa.
Noda itu membekas terhadap kulit-kulit kita yang seolah mengerut
Mawar merah layu
Fajar indah nan perkasa
Tak luput diingat dicerca.
__________
Mati dalam kesendirian
Aku sudah mulai layu
Ingatan di kepalaku tandus
Malam hanya tempat suaka pada kemelut
Kau dan aku bertemu di antara persimpangan tempat yang asing
Takdir tidak memihak
Kita terombang-ambing
Kebahagian kita tidak menentu arah
Tidak bertuan dan nista
Apa yang perlu kita risaukan
Daun-daun yang setiap hari bersuara diterpa angin
Satu bersatu berjatuh
Padahal setiap peristiwa syarat akan makna
Kita yang terlambat berkata
Akankah takdir memalingkan dusta
Padahal aku yang kalap menunggu
haruskah kita memejamkan mata
berharap tidur, bermimpi dalam berkata-kata
Terlambat, semua terlalu picisan
Aku berkata pada satu simpul
bahwa semua cinta sudah kepalang mati
Mati dalam kesendirian.
5
4.5