Menu

Puisi-Puisi Dionisius Sunardi

https://www.pexels.com/id-id/foto/1895119/

https://www.pexels.com/id-id/foto/1895119/

Perempuan

 

Bilur-bilur luka kembali mengores wajah yang sendu itu

Membasahi hati yang kian begejolak

Merana dalam keheningan

Menatap anak dara yang penuh keemasan dalam luka yang tak terkira

Luka itu kembali mengalirkan kebahagian dengan wajah bersimbah darah

Rambutnya kembali berwarna setelah kian kemari menghantam dosa bersama palang itu

Di bawah paha perempuan itu empuk berlinangkan cahaya yang tak pernah padam bersama gelap

Merayuku tuk berbaring bersama waktu

Tetesan mutiara saat beradu tatap

Bersama-sama kami berbisik dalam hati

Aku puas atas yang terjadi hari ini

Kembali perempuan itu menjatuhkan mutiara pada rambutku yang berwarna tanda kebahagiaan yang tak terelakan lagi

Bersama waktu batin kembali bertatap

Perempuan itu menjatuhkan mutiara berwarna merah

Sembari kuucapkan hai wanitaku janganlah sedih

Aku bahagia memilikimu

Kembali paha itu jatuh bresama waktu

Yang adalah menopang anaknya yang terkasih

Besama hati putih itu tuk bercerita sepanjang waktu

Akulah dia yang setia bersama waktu yang berani mengambilnya

Bilur-bilur luka pun hilang menjadikannya cahaya yang menghias mahkota Anak Dara

 

Malang, 22 november 2020

 

 

__________

Embun

 

Kabarnya telah Kembali bersama embun yang meneteskan kesejukan

Bersama lara itu

Di bukit tua

Salju

Sesak napasku

Meradang bersama waktu ingin kembali bersama embun yang menyejukan

 

Malang, 21 oktober 2020

 

 

__________

Luka

 

Ibu pertiwi kembali luka

Yang menjadikannya pandemi

Rumah menjadi teman akrab untuk bersua

Banyak manusia yang hilang

Di bawah entah kemana

Rintihan di setiap persimpangan

Mengeluh, berteriak, tetapi tak ada yang dengar

Semuanya menderita

Bersua kembali duduk untuk membicarakan yang namanya pandemi

Tuhan bantu aku, hilangkan penderitaan ini

Biarlah ibu pertiwi kembali bersinar bersama waktu yang abadi

 

Malang, 15 Agustus 2020

 

 

__________

Bulan Sayup

 

Malam telah kembali menemani bulan yang sayup

Perlahan melangkah dibawa remang-remang pijar

Dalam langkah sejenak mengingat akan luka pertiwi yang kian kemari semakin mengelora

Mendengar rintihan yang semakin nyaring memekakan hati yang ingin bergejolak bersama rintih itu

Kembali langkah itu bergeming lantas beradu tatap bersama waktu menjemput belantara itu

Menghilang di atas kabut

Membawa sukma kembali bersama malam menemani bulan yang sayup

 

Malang, 20 oktober 2020

No Responses

Tuliskan komentar