Penggembala
kokoh gunung-gunung
menyembunyikan luka-luka savana
kelambu kabut menyelimuti
lelehan air mata penggembala
sedu-sedu rahasia
dalam lenguh lembu-lembu
dalam riuh burung-burung
kerja matahari
memulangkan bayang-bayang
menuju timur
memulangkan penggembala
menuju tidur
diiringi bunyi kalung-kalung
Siluet Sampan
di kejauhan laut dini hari
cahaya purnama tumpah
serupa lelehan lem
menyatukan pecah-pecah laut
sampan-sampan
menyisakan zikir nelayan
di keheningan angin
berharap arus datang
menuntun ikan-ikan
dan kepulangan
[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big”] Baca puisi-puisi lainnya di sini[/button]
Angin
riwayatku
mengekalkan ombak
tebing-tebing jadi sajak
kerja mesin di badan sampan
memotong tangan-tanganku
mengganggu tarian ikan-ikan
di lantai laut
ketika hari rebah
aku menimang-nimang
sampan-sampan semalaman
menjarahnya pelan-pelan
Keong
kemarau memanjang
pada batang-batang padi
keong-keong menganga
menagih hujan bagi telur-telur
yang mati
di bawah kaki petani
renyah terdengar pecah
cangkang-cangkang tanah
mengalir air mata dan darah
rumah-rumah keong
rumah-rumah kosong
Es Serut
sore langit
awan kemawan
serupa serutan es
di tangan bapak
dilumuri jingga pemanis
pemanis adalah kejahatan
berakibat flu dan batuk
anak-anak lain
dingin tangan bapak
menjaga dapur di rumah
Pelajaran Geologi
genting
hajat memaksa keluar
seisi perut bekas sarapan
buru-buru
kuambil batu
kumasukkan saku