Judul Buku : Maryamah Karpov
Penulis : Andrea Hirata
Pener : Bentang
Cetakan : kedelapan, Juli 2017
Tebal Buku : xii + 504 halaman
Nomor ISBN : 978-979-1227-45-2
Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda. Andrea Hirata lahir dan besar di Belitong tentu mengenal kebiasaan masyarakat di daerahnya, dalam hal ini budaya Melayu.
Novel ini berkisah tentang kepulangan Ikal ke kampung halamannya setelah menamatkan pendidikan S2-nya di Kampus Sorbone, Prancis. Ikal mengawali novelnya dengan kisah sedih ayahnya. Betapa bahagia hati Ayah sewaktu menerima surat dari mandor kawat Maskapai TImah, bahwa akan ada promosi bagi kaum kuli tukang cedok pasir di wasrai.
Kuli yang akan naik pangkat itu salah satunya ayahnya ikal. Sesuatu hal yang sulit dipercaya, bahwa akhirnya setelah banting tulang selama tiga puluh satu tahun ada juga yang membicarakan tentang kedudukannya. Ayahnya tak pernah naik pangkat. Bahkan akan diberikan juga rapel gaji enam bulan silam. “Aku tahu persis, rapel buruh itu hanyalah segepok uang receh. Namun ayahku, ayah juara satu seluruh dunia, arsitek kasih sayang yang tak pernah bicara, selalu mampu menggubah hal-hal sederhana menjadi begitu memesona,” (halaman 5).
Namun ternyata, ayah Ikal tidak jadi dipanggil karena rupanya surat pemanggilan itu salah alamat. Kesamaan nama belakang membuat bagian administrasi melakukan kekeliruan. Ikal tahu, betapa hancur perasaan ayahnya. Sejak itu Ikal berjanji akan melakukan suatu hal besar untuk ayahnya.
“Sungguh bening hati lelaki pendiam itu, dan detik itu aku berjanji pada diriku sendiri, untuk menempatkan setiap kata ayahku di atas nampan pualam, dan aku bersumpah, aku bersumpah akan sekolah setinggi-tingginya, ke negeri mana pun, apa pun rintanganya, apa pun yang akan terjadi, demi ayahku,” (halaman 12).
Andrea melalui novel Maryamah Karpov banyak mengekplorasi tentang Orang Melayu. Misalnya saja tentang masyarakat yang sulit menerima hal-hal baru. Ketua Karmun, pimpinan penduduk, menemui Ikal untuk mengabarkan bahwa desanya kedatangan seorang tamu istimewa, yaitu seorang dokter gigi bernama Diaz. Tak mudah tentu saja meyakinkan penduduk untuk percaya pada dokter. Penduduk lebih percaya pada A Put, dukun gigi, untuk urusan gigi.
Hal yang mencengangkan justru Ikal, yang notabene seorang berpendidikan, juga menolak diperiksa giginya. Ia berdalih mempunyai pengalaman mengerikan dengan dokter. Itu tragedi saat Ikal khitan. Takaran bius yang kurang pas ditambah suatu hal lain, menjadi insiden berdarah-darah, yang mana membuat alam bawah sadar Ikal ketakutan setiap kali berhadapan dengan paramedis.
[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/nonfiksi/” type=”big” color=”red”] Baca Kumpulan Artikel Suku Sastra[/button]
Kebiasaan Masyarakat Melayu
Kebiasaan masyarakat Melayu yang lain dituturkan pula oleh penulis pada halaman 177-178. Orang Melayu amat asosiatif dan metaforik, penuh perlambangan dan perumpamaan. Hal itu terefleksi pada hobi mereka berpantun dan menjuluki orang. Meski Islam jelas melarang panggilan-pagilan yang buruk, mereka nekad saja. Gelar-gelar aneh itu umumnya ditujukan untuk menghina.
Oleh karena itu, setiap orang berusaha menghindarinya. Namun, julukan dalam masyarakat Melayu seumpama penyakit cacar. Bisa menimpa siapa saja sembarang waktu. Ia agaknya telah menjadi bagian dari nasib orang Melayu. Julukan dapat berangkat dari hal-hal yang amat sederhaan, misalnya ciri-ciri fisik, atau lebih kompleks, dari profesi, kebiasaan, obsesi, atau kejadian.
Sebut saja Muas yang berkulit hitam digelari Muas Petang 30, atau Marhaban yang selalu bertugas sebagai komandan pasukan baris berbaris dalam acara tujuh belas Agustus digelari Marhaban Hormat Grak. Andrea sendiri dipanggi Ikal karena rambutnya ikal. Dan boleh jadi judul Novel Maryamah Karpov lahir dari kebiasaan tersebut. Maryamah, seorang perempuan yang ahli bermain catur dengan teknik Karpov.
Suatu hari nelayan menemukan mayat dengan rajah kupu-kupu. Serta merta Ikal tergetar hatinya, bagaimana tidak, rajah tersebut dimiliki jugaoleh A Ling, tambatan hatinya yang keberadaannya tak ditemukan rimbanya. Bagi yang mengikuti karya Andrea dari Laskah Pelangi pasti tahu siapa A Ling. Gadis hokian yang membuat Ikal jatuh hati.
Usaha Ikal untuk mencari tahu perihal keberadaan A Ling, membawa cerita novel ini pada pencarian A Ling. Pencarian yang tidak biasa, karena terkait dengan lanun, perombak, dan mistik di lautan. Sosok Tuk Bayan Tula kembali hadir. Terakhir Ikal dan kawan-kawan menemui Tuk saat menjelang ujian SMP. Saat itu, Ikal dan kawan-kawan khilaf mencari dukun untuk sukses ujiannya, yang justru berakhir dengan menggelikan. Bagaimana Tuk meminta mereka untk belajar agar sukses ujian.
Pencarian A Ling mengharuskan Ikal memiliki perahu, tentu saja itu merupakan sesuatu hal yang mustahil. Saat itulah muncul kembali sosok Lintang, anak paling jenius dari Sekolah Laskar Pelangi. “Membuat sesuatu yang rumit menjadi begitu sederhana adalah keahlian khusus Lintang yang selalu membuatku iri,” (halaman 285). Lintang pun memberikan rumus pada Ikal bagaimana membuat perahu.
Menurut Lintang, kesulitan akan gampang dipecahkan dengan mengubah cara pandang. Teori ini Ikal terapkan untuk belajar biola pada Nurmi, gadis miskin yang mahir memainkan biola. Di sela-sela kesibukan membuat perahu, Ikal berlatih biola dan secara mencengangkan ia berhasil.
Pembaca tentu ingat siapa Nurmi? Ya, dia anak Mak Cik Maryamah. Dulu sewaktu kelaparan pernah hendak menjual biola Nurma untuk ditukar beras pada ibunya Ikal. Namun, Ibunya ikal tak sampai hati, memberikan beras secara cuma-cuma.
Hal lain yang agak disayangkan adalah separuh novel Maryamah Karpov lebih bercerita bagaimana Ikal menemukan kekasih pujaan hatinya A Ling. Hal yang menurut saya menjadi kelemahan novel ini. Namun demikian, kelemahan ditutup dengan kelihaian Andrea Hirata dalam menyelipkan pengetahuan tentang dunia pelayaran di masa lampau, juga cerita tentang lanun dan perompak.
Tentu saja, disajikan dengan tutur yang khas: cerdas dan memikat. Selain itu, pertanyaan bagaimana akhir petualangan Ikal dalam mencari A Ling membuat pembaca merasa penasaran untuk menyelesaikan buku ini hingga tuntas. Terlebih, di kahir novel ini akan terjawab juga apa maksud Andrea yang berjanji akan selalu menempatkan kata ayahnya dengan cara “dibungkus tilam, di atas nampan pualam”.
Pada akhirnya, novel Maryamah Karpov membawa suatu pemahaman bahwa, “Kuberi tahu rahasia padamu, Kawan. Buah paling manis dari berani bermimpi adalah kejadian-kejaian menakjubkan dalam perjalanan menggapainya,” halaman 433. Inilah mimpi-mimpi Lintang yang dijabarkan oleh Andre Hirata.
Yeti Islamawati, S.S.
Resensinya pernah dimuat di Koran Jakarta, Harian Bhirawa, Kedaulatan Rakyat, Singgalang, Tribun Jateng, Kabar Madura, Radar Surabaya, Radar Sampit, Radar Cirebon, Padang Ekspres, Singgalang, Koran Pantura, serta Majalah Auleea. Nomor HP/WA: 081252107744- Alamat korespondensi: MTs. Negeri 9 Bantul, Jalan Wonocatur 446 B, Tegalmulyo, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta 55198
5