Menu

Ode untuk Frin-Frin | Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha

Ode untuk Frin-frin

 

Kau, membuatku mencintai sekaligus mengutuki dunia fana yang juga bedebah ini: mencintai, sebab kau dengan piawai bangsatnya membuat aku yang keparat ini—secara sinting ingin hidup seribu tahun lagi; 

mengutuk, karena kau dengan lihai brengseknya membuatku menyadari—bahwa waktu ternyata sudah berlari serupa bajingan paling asu bahkan sebelum kita bertemu, sebelum ia mencair dalam setiap ciuman pertama anak Adam dan Hawa, sebelum kembali membeku dalam malam-malam—tanpa dekapanmu yang matahari. 

& di sini, di tempat aku mencipta puisi, aku masih mencoba mencintai bulan yang dengan laknatnya bertelanjang dada—seperti sedang menghitung berapa banyak ciuman yang akan kita punya—dalam satu kali inkarnasi, seorang manusia yang separuh tubuhnya—adalah bentuk paling buduk dari melankoli

Atau mungkin sialnya, ia sedang menunggu mitos-mitos perihal katarsis—demi menghapus jahanamnya pertanyaan, dari air mata sebuah rindu: “sampai kapankah kita akan saling mencintai sekaligus mengutuki—betapa sundalnya dunia di tengah-tengah menyebalkannya kemabukan cinta—yang sungguh membagongkan ini?”

 

(2021) 

 

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/puisi/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Kumpulan Puisi Suku Sastra[/button]

 

 

Seperti Puisi yang Dibuat saat Hangover

 

air bah menghapus sejarah

sebelum manusia mencipta

satuan bahasa. Konon katanya,

Unicorn tak naik bahtera Noah

makanya jadi punah> kasian anjay. 

 

Mari mencari Benua Lemuria

pakai Kapal Theseus, atau G-maps

ajalah biar aktual dan canggih. Aih! 

Ah! di manakah Atlantis setelah>

Timaeus & Critias dikarang Plato

kala mabuk Kolesom = manis-pahit? 

 

<ceritanya malah nyasar ke Vienna>

 

Franz Schubert menggubah

lagu Ave Maria dalam laduni

& sayap Lucifer patah seperti

musim panas yang sedang resah. 

 

[E Minor]

zzzzzzzzzzz

ngantuk sayangque.

markibu: mari kita bubu.

 

(2021) 

 

 

 

 

 

 

Seseorang Harus Membayangkan Camus Sakit Maag

 

Pagi itu kita memergoki 

Camus kembali menyeduh

kopi v60> tanpa susu skm.

Sedang mereka masih mencari-cari

perbedaan yang benar-benar terasa

antara Americano dan Long Black.

 

Kita tahu kopisyop menjamur,

maka berangkatlah hidup ini

dari sebatang nikotin mengawini

secangkir kafein dengan mahar

barista betmut & password wi-fi. 

 

Di luar, orang-orang bunuh diri,

berserakan, ngerinya seperti wabah

Black Death di Eropa. Tapi tak ada

tikus di sana. Di sini, kita meraba

Aufklärung tepat di atas kasur. 

 

Tapi apakah komposisi dari

Absurdisme adalah 20% ngopi,

15% Steikeysén, 5% bunuh diri, 

10% Nihilisme, 10% dorong batu, 

& 40% sakit maag, sayangku? 

 

(2021) 

 

 

 

 

 

 

Mari Menari, Sayangku…

 

Pada akhirnya, esensi dari hidup ini bukanlah tentang merayakan kelahiran atau mengutuk kehidupan; tetapi menari bersama mayat-mayat kecemasan, di atas kuburan—kita sendiri—yang selalu berada di bawah bayang-bayang rasa takut akan kematian dan kesia-siaan.

 

(2021)

No Responses

Tuliskan komentar