Menu

Mustafa Ismail

Lahir di Aceh, 25 Agustus 1971. Kumpulan puisinya tunggalnya Tarian Cermin terbit 2007. Sejak menjadi wartawan, ia lebih banyak menulis cerpen dan puisi yang dimuat di berbagai media, seperti Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Jawa Pos, Seputar Indonesia, dan lain-lain. Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, dan esai terkumpul dalam puluhan antologi bersama.

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/tokoh/” type=”big”] Silakan baca profil tokoh sastra lainnya[/button]

Sebagian puisi terkumpul dalam sejumlah buku antologi, antara lain, “Banda Aceh” (1993), “Lambaian” (Antologi tujuh penyair Aceh, 1993), “Telah Turun Burung-Burung ke Irian Jaya (1994), antologi Puisi “Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka” (1995), antologi sastra “Seulawah” (Jakarta, 1995), “Kebangkitan Nusantara II” (1995), “Mimbar Penyair Abad 21” (DKJ-Balai Pustaka, 1996), dan “Songket” (1996), “Dalam Beku Waktu” (2002), “Aceh Dalam Puisi” (Syaamil, 2003), “Bisikan Kata, Teriakan Kota” (DKJ-Bentang Budaya, 2003), “Mahaduka Aceh” (2005), “Ziarah Ombak” (2005), “Lagu Kelu” (2006), “Jogja 5,9 Skala Richter” (2006), “Tanah Gayo dalam Puisi” (2006).Cerpennya termuat dalam antologi “Yang Dibalut Lumut” (CWI, 2003), “Kota yang Bernama dan Tak Bernama” (DKJ-Bentang Budaya, 2003) dan “Dari Zefir Sampai Puncak Fujiyama” (Desember 2004). Esainya disertakan dalam antologi sastra Aceh “Seulawah” (Jakarta, 1995) dan buku kumpulan esai “Takdir-Takdir Fansuri” (2002). Menjadi editor buku antologi puisi “Syair Tsunami” (bersama LK Ara, 2006), editor kumpulan cerpen “Bayang Bulan di Pucuk Manggrove” (2006), editor antologi sastra “Dandelion” (bersama AhmadunYosiHerfanda, 2007).

Tuliskan komentar