Minyak Anjing: Peluncuran Hasil Kerja Terjemahan Keroyokan 1
Foto: Sunarboy.

Minyak Anjing: Peluncuran Hasil Kerja Terjemahan Keroyokan

Minyak Anjing adalah hasil akhir Kelas Penerjemahan Fiksi yang diadakan oleh Mooi Pustaka bekerja sama dengan Radio Buku pada Januari hingga Februari 2024. Buku ini berisi sembilan belas terjemahan karya fiksi dari berbagai bahasa yang dikerjakan oleh para peserta kelas dibantu fasilitator. 

Radio Buku meluncurkan Minyak Anjing pada Senin malam (16/12/2024) di Galeri The Ratan, Yogyakarta. Suara pelantang di dalam ruangan bertingkahan dengan suara hujan yang tak berkesudahan. Acara ini diadakan secara luring dan daring dan melalui live Instagram. Para peserta luring tetap betah menyimak pembicaraan sembari menikmati teh dan gorengan hangat.

Manusia adalah pembelajar sepanjang hayat, namun setiap orang meniti proses belajar yang berbeda-beda. Juga dalam jagat kepenulisan, masing-masing menapaki fase yang berbeda-beda, mulai dari pemahaman atas struktur tulisan, penyuntingan naskah, hingga menerjemahkan tulisan–yang merupakan salah satu cara untuk belajar dari khazanah pustaka bahasa lain.

Mooi Pustaka dan Radio Buku merancang dan melaksanakan Kelas Penerjemahan Fiksi untuk mengakomodasi penulis debutan yang secara khusus ingin mempelajari alur serta proses penerjemahan.

Berlangsung selama dua bulan (Januari-Februari 2024) secara luring, penyelenggara menyediakan materi dan mentor penerjemahan. Materinya mencakup alur kerja penerjemahan di industri penerbitan, metode penerjemahan, hingga swasunting naskah. Penerjemah dan fasilitator berkomunikasi intensif selama kelas.

Foto: Sunarboy.

Dalam sesi diskusi acara peluncuran, peserta menceritakan proses dan hasil belajar masing-masing selama proses mengalihbahasakan naskah. Naskah sumber bukan hanya bahasa Inggris, melainkan juga bahasa Arab, Prancis, Jepang, Korea, dan Jerman.

Erika Rizqi Rachmani menerjemahkan “Desiree’s Baby” karya Kate Chopin dari bahasa Inggris menjadi “Buah Hati Desiree”. Proses penerjemahan membuatnya sadar bahwa mengalihbahasakan suatu naskah fiksi bukan sekadar menyuguhkan cerita kepada pembaca. Penerjemahan harus memiliki perspektif serta memahami konteks bahasa pada teks asalnya agar cerita hasil alih bahasa bermakna dan bertenaga.

Shintya Princesa melakukan riset secukupnya dalam proses penerjemahan. Shintya menerjemahkan “Oil of Dog” karya Ambrose Bierce dari bahasa Inggris menjadi “Minyak Anjing”–yang juga menjadi judul antologi. Setelah menentukan naskah yang akan dialihbahasakan, ia mencoba mencari tahu latar belakang penulis, tulisan lain yang ditulis oleh penulis, hingga tanggapan yang didapatkan oleh penulis atas naskah.

Ardhias Nauvaly, fasilitator kelas sekaligus moderator pada acara peluncuran mengingat kembali bahwa momen fasilitator dan peserta mendiskusikan naskah yang akan dialihbahasakan adalah momen sharing dan mengobrol akrab. Selain itu, penerjemah harus memahami bahasa asal dan konteks naskah. Yang penting juga, penerjemah harus mampu menyusun diksi dalam bahasa sasaran sehingga menjadi kalimat utuh, enak dibaca, dan tidak lepas dari konteks naskah aslinya.

Hingga acara peluncuran buku Minyak Anjing selesai, hujan belum sudah. Namun, proses belajar para penerjemah juga tak akan sudah.

Peminat Minyak Anjing ini dipersilakan mengunjungi akun media sosial Sor Legundi dan e-commerce Sor Legundi.***