MENULIS ADALAH RELATIF | Nur Pratama M

MENULIS ADALAH RELATIF | Nur Pratama M

Sudut pandang saya terhadap menulis nampaknya dipengaruhi oleh Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang pernah dituduh sebagai PKI sehingga dipenjara dan diasingkan ke Pulau Buru tanpa pengadilan sama sekali hanya karena rezim Orde Baru- Soeharto. Kata-kata beliau sampai saat ini selalu membekas dalam ingatan saya bahwa untuk menjadi abadi adalah dengan menulis.

Menulis merupakan sebuah proses berpikir sistematis. Begini maksudnya, pemikiran manusia adalah hal terhebat dari apapun di alam semesta ini. Buah pemikiran diperoleh dari pengelihatan, penciuman, peraba, dan pendengaran yang kemudian dihantarkan melalui syaraf sampai pada akhirnya diproses oleh otak. Sesuatu yang awalnya abstrak menjadi tersusun dan terdefinisikan.

Untuk lebih mudah memahaminya kita ambil contoh sebagai berikut. Nada-nada yang awalnya belum ditemukan sebagai sesuatu yang terstruktur, melalui proses berpikir manusia yang kompleks menghasilkan tangga nada yang dapat dikategorikan menjadi susunan nada rendah hingga tinggi, do-re-mi dst. Begitu juga dengan kejadian yang dialami oleh fisikawan Newton, kejadian tak terduga saat buah apel jatuh dari pohon malah membuat dirinya menemukan rumus percepatan gravitasi bumi. Penemuan itu ada, karena proses pengolahan pemikiran menjadi tulisan berupa tangga nada dan rumus fisika.

Soe Hok Gie sering menuliskan tentang perjalanan hidupnya pada jurnal harian maupun tulisan-tulisan di Koran. Gie menjadi tokoh yang mengubah pola pikir pemuda-pemudi untuk melawan ketidakadilan. Begitu berpengaruhnya tulisan sehingga mengubah pandangan hidup orang banyak. Saya percaya, anda akan menemukan sesuatu jika memutuskan menulis apapun yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Karena menulis adalah proses menemukan.

Dalam menulis, tidak ada hal yang sepenuhnya benar ataupun salah. Menulis adalah sesuatu yang relatif, tergantung siapa yang menulis dan membacanya. Seperti teori Galilei Galileo tentang relativitas klasik. Ketika seseorang yang berada di stasiun menganggap penumpang di dalam kereta yang melaju adalah bergerak. Masinis menganggap bahwa penumpang tersebut tidak bergerak. Jadi tidak perlu kuatir jika ada pembaca yang tidak suka dengan tulisanmu, itu berarti ada yang menyukai tulisanmu. Karena manusia diciptakan dengan pemahaman yang berbeda-beda dalam proses pendewasaannya. Namun dengan menulis kamu menjadi abadi, tulisanmu kekal meninggalkan jejak pengalaman dan pemikiran yang akan tetap ada.

Mengubah pola pikir seseorang bukan perkara yang mudah. Pola pikir seseorang akan berubah jika terjadi sesuatu yang menyentuh emosionalnya. Ketika pembaca memutuskan untuk membaca sebuah tulisan, sebenarnya penulis menyampaikan sebuah pengalaman dan hal-hal yang belum tentu dialami dan dirasakan oleh pembaca. Misalnya penulis menceritakan pengalamannya mengajar anak-anak jalanan di bawah kolong jembatan. Bagi pembaca ini hal yang baru, membuat mereka mengetahui alasan anak-anak tersebut tidak diperdulikan oleh orangtuanya sehingga harus mencari uang dengan turun ke jalan. Belum lagi pengorbanan yang dilakukan oleh penulis dalam mengajar, dicaci maki, dihina atau dikejar-kejar orangtua anak-anak tersebut yang menganggap turun ke jalan lebih baik karena menghasilkan uang dibandingkan belajar.

Ketika pengalaman itu dibagikan melalui tulisan, pembaca secara tidak sadar disentuh emosionalnya. Kembali lagi bahwa membaca adalah proses menemukan dan merasakan. Karena bisa dengan mudah pembaca memutuskan untuk terus membaca atau berhenti. Ketika emosional pembaca sudah tersentuh, akan membentuk pola pikir menjadi perbuatan. Oleh sebab itu kebanyakan orang melakukan hal hebat setelah membaca buku, membuka pikiran mereka untuk melakukan sebuah perubahan. Presiden RI pertama Bung Karno memiliki kebiasaan membaca buku bahkan di dalam toilet. Hal tersebut mengantarkan beliau bertatap muka secara langsung dengan Thomas Jefferson (penulis Declaration of Independence), George Washington (Presiden AS pertama), dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis. Pertemuan tersebut membuat hubungan bilateral antar negara menjadi lebih erat, pastinya untuk kemajuan negara kita.

Perubahan dimulai dari membaca, menulis dan melakukan perubahan. Sebuah lingkaran yang tidak pernah putus. Sampai pada akhirnya menulis sebagai bentuk kepedulian bukan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain. Menulis adalah hal sederhana yang membentuk kepedulian kepada sesama.

Jadi sekarang kamu sudah punya alasan kenapa menulis?

Tentang Penulis

Nur Pratama M berdomisili di Belitung Timur, penulis bisa dihubungi melalui instagram di @pratama_maryakurnia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tuliskan komentar