Malam Lindap ke Punggung Lautan
Keberangkatan ini belum tentu membawa nasib baik
Kami yang dibesarkan sebagai lelaki pesisir
Tak pernah mendustai kelahiran
Saban hari tekun berlayar
Mengarungi lautan yang karib dengan usia
Dengan mengakar tekad serupa karang
Desir angin dan dentum ombak
Mengiring kibar layar perahu
Kami berlayar ke tengah lautan
Tanpa khawatir esok entah akan kembali
; mengecup kening anak dan istri
Bagi kami nasib bukan putaran dadu di meja judi
Tuhan tak mengenal khianat dan berpura-pura dalam memilih kematian
Di tengah laut luas dan dalam
Kami menantang angkuh kehidupan
Kulit legam mengalirkan deras keringat asin lautan
Kami terus berlayar bersama ole olang kehidupan
Hingga malam lindap ke punggung lautan
Memantulkan cahaya ke alis kami yang lancip
Berselimut angin
Berbantal ombak dan merakit mimpi
Di getir gelombang
Kami percaya, laut membentangkan kasih semesta
Hingga ke anak cucu
Jogja, 2018
Di Tanah Kesepianku
Aku telah sampai di tanah kesepian ini
Angin timur berhembus tenang
Sesekali rambutku berkibar
Mengikuti kicau burung yang menerbangkan ingatan
Di depan pintu
Bapak melapangkan lengan
Rindu yang ia rentang pun usai
Sedang ibu tersenyum di depan tungku
Yang mengepulkan asap kasih sayang
Di tanah kesepian ini
Hati seteduh rimbun pepohonan
Yang menanggalkan lelah petani
Aku akan berdamai dengan waktu
Merumuskan jalan hidup yang tak kenal pergi
Sumenep, Juni 2018
Tentang Penulis
Afaf L. K., lahir di Sumenep beberapa tahun silam. Saat ini masih mencari nasib baiknya di Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ilustrasi oleh Mathorian Enka.