Jabrohim

Jabrohim

Jabrohim

Lahir di Bantul, 25 Desember 1952. Dosen Negeri Dipekerjakan (Dpk) pada Universitas Ahmad Dahlan sejak Maret 1980 ini pada Maret 1997 telah mengusulkan kenaikan jabatan akademik sebanyak tujuh kali. Kini Lektor Kepala IV/d ini gagal jadi guru besar karena bukan doktor. Pendidikan yang pernah ditempuhnya meliputi SD (1965), SMP (1968), STM Penerbangan (tidak selesai), SPG (1971), Sarjana Muda (1975), Sarjana (1979), Program Akta V (1985), dan Magister Manajemen (2005).

Pada awal 2009, Jabrohim berniat untuk menempuh program doktor dan telah mendapatkan penyandang dana yang akan membiayai studinya. Namun, keinginan itu kandas karena pejabat program studi di tempatnya bekerja tidak memberikan izin untuk studi lanjut. Peran aktif dalam merintis, membangun, dan mengembangkan program studi di tempat dia bekerja, oleh pejabat baru nampaknya dipandang tidak ada artinya sehingga mau studi lanjut saja tidak diizinkan.    

Di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta, Jabrohim pernah memangku jabatan sebagai Sekretaris Fakultas, Pembantu Dekan I FPBS, dan Dekan FPBS. Setelah IKIP Muhammadiyah Yogyakarta dikembangkan menjadi Universitas Ahmad Dahlan, Pak Jab beberapa kali diberi amanah sebagai pejabat, antara lain sebagai Pembantu Dekan III FKIP, Dekan FKIP, Kepala Pusat P2KKN, dan Kepala LPM dengan tambahan tugas untuk menyiapkan berdirinya Museum Muhammadiyah.

Di luar kampus, Jabrohim pernah memangku jabatan sebagai Sekretaris Masyarakat Poetika Indonesia, Ketua Masyarakat Poetika Indonesia, Sekretaris Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesaia (HISKI) Komisariat DIY, Ketua Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat DIY, Ketua III Pengurus Pusat HISKI, Wakil Ketua Pengurus Pusat HISKI, Wakil Ketua Asosiasi Lembaga Tenaga Kependidikan Swasta Propinsi DIY, Anggota Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah Propinsi DIY,  Ketua Bidang Sastra pada Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Propinsi DIY, Ketua Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta Ketua Takmir Masjid di tempat tinggalnya.

Berbagai aktivitas yang disertai dengan kesetiaan dan ketekunannya dalam melaksanakan tugas sebagai PNS maupun tugas-tugas lain membuatnya memperoleh Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya XXX Tahun dan Penghargaan Pegiat Sastra Indonesia Badan Bahasa.  

Karya Jabrohim di bidang penulisan pemikiran yang berupa penelitian ilmiah, makalah, dan esai telah diterbitkan sebagai buku oleh penerbit Pustaka Pelajar, Masyarakat Poetika Indonesia, Debut Press, Penerbit Bandungan, Penerbit Obor, dan Penerbit Suara Muhammadiyah. Karyanya di bidang seni berupa puisi, cerpen, dan novelet telah dimuat di berbagai media cetak seperti Sarinah, Gadis, Pelita, Gagasan, Bernas, Minggu Pagi, Pelopor Yogya, Pusara, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Suara Muhammadiyah, dan lain-lain.

Selain itu, suami Alfiah yang dikaruniai dua anak ini juga telah banyak melakukan kegiatan penyuntingan atau editing banyak buku, khususnya di bidang pendidikan, sastra, seni, dan budaya. Pernah pula bersama Prof. Dr. Moh Machfud MD, Prof. Dr. Ki Supriyoko, dan lain-lain sebagai pengelola majalah Arena Almamater, Kopertis Wilayah V DIY.    

Mulai 1 Januari 2018, Jabrohim memasuki masa pensiun sebagai PNS dengan pangkat dan jabatan terakhir Pembina Utama Madya, IV/d. Sebelumnya, pada 25 Desember 2017, Pak Jab dilepas oleh para mantan mahasiswanya melalui sebuah acara berjudul: Pak Jab (Tidak) Pensiun. Mereka yang berada di balik penyelenggaraan acara ini antara lain sejumlah pasangan suami istri yang keduanya mantan mahasiswa Pak Jab (Latief S. Nugraha, M.A. dan Fitri Merawati, M.A.; Dr. Asyraf Suryadin dan Tien Rostini, M.Pd; Dr. Rina Ratih dan Dr. Tirto Suwondo; Drs. Dandang Ahmad Dahlan dan Dra. Varuni Dian Wijayanti), Suharmono, M.A.; Sudarmini, M.Pd.; Iqbal Saputra, M.A., Heriyanto, M.Pd.I; Faijah Ida Fatmawati., M..A.; Widya Pranarini, M.A; dll. Saat ini Pak Jab memang sudah pensiun dari PNS dan dari aktivitas di Universitas Ahmad Dahlan. Namun Pak Jab tidak pensiun dari aktivitas sebagai pegiat seni dan kebudayaan pada umumnya. Pak Jab menjadikan kegiatannya itu dilandasi oleh niatan beribadah lewat seni dan budaya. Dengan begitu, Pak Jab telah memenuhi harapan para mantan mahasiswanya: (Tidak) Pensiun. 

Sumber: Joglitfest.id

Baca Biografi Penulis di Leksikon