Gunawan Maryanto merupakan seorang aktor, penulis dan sutradara teater asal Yogyakarta yang lahir pada 10 April 1976. Selain mengelola Teater Garasi, ia juga menyelenggarakan Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) bersama Joned Suryatmoko setiap tahun di berbagai kota. Karya-karyanya berupa puisi, prosa dan kritik sastra dimuat di berbagai media massa Indonesia, antara lain Koran Tempo, Media Indonesia, Kompas, Jawa Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Bernas, BlockNotProse, BlockNotPoetry, On/Off, Jurnal Kolong Budaya, Jurnal Puisi, Jurnal Prosa, Jurnal Cerpen, Jurnal Kalam dan LeBur Theater Quarterly.
Tidak hanya aktif di tanah air, Gunawan Maryanto juga telah mementaskan karya-karyanya di berbagai negara. Ia pernah menerima hibah seni dari Yayasan Kelola, dan memenangi sejumlah kompetisi. Tahun 2017, Gunawan Maryanto memenangi penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam Usmar Ismail Award melalui film berjudul “Istirahatlah Kata-kata” dengan memerankan sebagai Widji Thukul. Tahun 2020, Gunawan Maryanto memenangkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik berkat perannya sebagai Siman di film Hiruk-Pikuk si Al-Kisah.
[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/tokoh/” type=”big”] Silakan baca profil tokoh sastra lainnya[/button]
Gunawan Maryanto menempuh pendidikan di SMA Negeri 6 Yogyakarta dan mengambil jurusan Sastra Jawa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Ketokohannya di bidang sastra dan teater menjadikan dirinya sering diundang untuk menjadi pembicara di berbagai seminar, diskusi, pelatihan, workshop, dan juri festival.
Gunawan Maryanto dikenal sebagai seniman serba bisa. Ia mementaskan karya-karyanya di berbagai negara dan memenangi sejumlah kompetisi. Pada 2004, puisinya yang berjudul “Kupanggil Kau Batu” mendapat Anugerah Sih Award dari Jurnal Puisi. Pada 2007, puisi “Jineman Uler Kambang” mendapat Anugerah Budaya dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk Media Cetak dan Elektronik kategori puisi. Cerpen dan puisi-puisinya juga masuk ke dalam Cerpen Indonesia Terbaik dan Puisi Indonesia Terbaik Anugerah Sastra Pena Kencana 2008 dan 2009. Pada 2010, mendapatkan Khatulistiwa Literary Award untuk buku puisi “Sejumlah Perkutut buat Bapak”.
Selain menyutradarai puluhan drama, ia juga menerbitkan puluhan judul buku. Beberapa di antaranya adalah Waktu Batu (Bersama Andri Nur Latif dan Ugoran Prasad, 2004), Bon Suwung (kumpulan cerpen, InsistPress – 2005), Galigi (kumpulan cerpen, Penerbit Koekoesan – 2007), Perasaan-perasaan yang Menyusun Sendiri Petualangannya (kumpulan puisi, Omahsore Publisher – 2008), Usaha Menjadi Sakti (kumpulan cerpen, Omahsore Publisher – 2009, Longlist Khatulistiwa Award – 2009), Sejumlah Perkutut buat Bapak (kumpulan puisi, Omahsore Publisher, Peraih Khatulistiwa Award – 2010), Perbuatan Serong (Kumpulan Lakon, Forum Penulis Lakon Indonesia, Omahsore – 2011), The Queen of Pantura (kumpulan puisi, Omah Sore Publisher – 2013), Pergi ke Toko Wayang (kumpulan cerita, Tan Kinira – 2015), Monolog Sungai (naskah monolog, bersama Erythrina Baskoro – 2006), Bunga Lantana (naskah monolog, dari Simfoni Pastoral Andre Gide – 2006), Menak Jingga Lena (naskah monolog – 2006), Bocah Bajang (naskah lakon – 2009), Tobong Kosong (naskah lakon – 2010), Sakuntala (Buku puisi, Gramedia, 2018), dan lain-lain.