Menu

Godi Suwarna

Godi Suwarna. Lahir di Tasikmalaya dan kini menetap di Ciamis. Menulis puisi dan prosa khusus dalam bahasa Sunda sejak tahun 1976 hingga saat ini. Beberapa kali memenangkan Hadiah Sastra untuk puisi dan prosa dari LBSS (Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda), Paguyuban Pasundan, majalah Mangle dll.

Aktif dalam kegiatan teater sejak masuk IKIP (Institut Pendidikan Bandung) tahun 1976. Menjadi Sutradara terbaik pada Porseni Mahasiwa Nasional tahun 1980. Bergabung dengan STB (Studiklub Teater Bandung) dan main dalam King Lear, Sang Naga, Impian di Tengah Musim, dll.

Buku kumpulan puisinya yang sudah terbit: Jagat Alit (1977), Surat-Surat Kaliwat (1982), Blues Kere Lauk (1992), Sajak Dongeng Si Ujang (1996, Jiwalupat (2009). Kumpulan cerpen: Murang-Maring (1980), Serat Sarwasatwa (1995). Buku kumpulan puisi  Blues Kere Lauk memenangkan Hadiah Sastra Rancage tahun 1993, dan kumpulan cerpen Serat Sarwasatwa mendapat Hadiah Sastra Rancage tahun 1996, Novel Sandekala memenangkan Hadiah sastra Rancage tahun 2008.

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/tokoh/” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Juga Biografi Tokoh-Tokoh Sastra[/button]

Diundang untuk membaca puisi Sunda pada Utan Kayu International Literary Biannele 2005, dan International Poetry Festival Indonesia 2006 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Taun 2011 diundang ke Berlin untuk membacakan puisi-puisi Sunda di acara Jakarta – Berlin Arts Festival. Taun 2012 diundang untuk membacakan puisi-puisi Sunda di IFLIT (International Festival of Liteliture and Translate) di Melbourne, Australia. Membacakan puisi Sunda di acara Festival Penyair Internasional di Genoa. Italia, tahun 2014.  Membaca puisi Sunda di Belgia, dalam rangka Europalia Arts Festival taun 2017.

Tahun 2007, Godi mendapat Anugerah Budaya dari Gubernur provinsi Jawa Barat, atas jasa-jasanya di bidang pengembangan sastra Sunda.

Sejak tahun 1998, menggagas acara Nyiar Lumar (Mencari Jamur Cahaya), pergelaran berbagai jenis kesenian, semalam suntuk, di tabet (hutan keramat) bekas peninggalan kerajaan Galuh, Kawali. Di luar dugaan, acara dua tahunan ini ternyata selalu dihadiri oleh ribuan orang, baik masyarakat Ciamis, maupun dari kota-kota lain di Jawa Barat.

 

 

 

Tuliskan komentar