Dunia tulis-menulis membuat Kedung Darma Romansha jatuh cinta. Seolah selaras dengan nama pria yang akrab disapa Darma ini, yang bernapas pujangga.

Beberapa karyanya sudah diterbitkan dalam bentuk buku. Baru-baru ini, ia menyelesaikan kumpulan cerpen yang bakal diterbitkan pada awal Juli nanti.

Pegiat sastra, teater, dan juga artis peran ini tertarik fakta kehidupan sosial yang kemudian ia kemas dalam cerita fiksi. Darma menuturkan, isi karya-karya fiksinya lebih banyak bercerita mengenai situasi sosial, politik, dan budaya yang terjadi di Indramayu.

Misalnya saja soal telembuk (PSK), dangdut, dan gejolak politik daerah, yang mana semua itu gelombangnya berasal dari Pusat (Jakarta). Dalam salah satu cerpennya, Darma menyajikan fenomena kapitalisasi industri yang menjanjikan hidup lebih baik, hingga warga kampung berbondong-bondong pergi mengadu nasib ke kota dengan beragam cara dan latar belakang kehidupan sosialnya.

“Cerpen-cerpen saya bercerita tentang fenomena sosial yang terjadi di kampung Indramayu, di mana sebetulnya ini hasil dari riset menulis saya di kampung halaman. Riset ini pada mulanya diperuntukkan untuk novel saya berjudul Telembuk, Dangdut dan Kisah Cinta yang Keparat,” ungkap Darma.

Novel karya Darma tersebut pernah masuk dalam ulasan novel rekomendasi Majalah Tempo 2017 dan short list Kusala Sastra Khatulistiwa.

Beberapa bahan riset yang memang tidak dimasukan di novel tersebut akhirnya ia pilih untuk diterbitkan dalam versi cerpen berjudul “Rab(b)i”.

Buku pertama dari dwilogi Telembuk yang berjudul Kelir Slindet lahir dari hasil riset yang sama. Novel ini juga akan terbit ulang awal Juli, sementara novel Telembuk baru akan cetak ulang setelahnya.

Bagi Darma, novel Telembuk adalah sebuah pesan untuk generasi kuda sepertinya dan rupanya menginspirasi kaum muda di Indramayu. Misal dengan adanya gerakan literasi yang dirikan bersama kawan kawan mudanya di Indramayu yang bergerak di bidang budaya dan sosial.

“Ada namanya Jamaah Telembukiyah. Beberapa kawan jamaah ini pernah melakukan penyuluhan terhadap PSK dan menariknya pendekatannya dengan cara mengajar ngaji anak anak PSK,” terang Darma.

 

Sumber: Novel Telembuk, Fiksi Sosial Ala Kedung Darma

 

Tuliskan komentar