Menu

Drama Anak “Dolanan di Bawah Purnama Agustus”

DRAMA ANAK DOLANAN DI BAWAH PURNAMA AGUSTUS
Oleh Fairuzul Mumtaz

MUSIK MENGGEMA DENGAN SUASANA RIANG. BEBERAPA ORANG MASUK SEMBARI BERBARIS. MEREKA MENYANYIKAN LAGI 17 AGUSTUS TETAPI DENGAN LIRIK YANG HANYA “KWEK” SEPERTI SUARA BEBEK. GAYA MEREKA PUN SERUPA BEBEK. DRAMA ANAK.

Anak I
Kweeekkkk kwek! (Merapikan barisan)

SALAH SATU ANAK ADA YANG BERBARIS TIDAK RAPI. ANAK 1 MENDATANGINYA DENGAN MARAH. DRAMA ANAK.

Anak I
Kwek kwek kwek kwek!

Anak II
Kwek!

Anak I
Kweeekkk!

ANAK I KEMBALI KE DEPAN. ANAK III MENYUSUL. DRAMA ANAK.

Anak III
Kwek!

Anak I
Kwek.

Anak III
Saya capek jadi bebek terus.

Anak I
Ya sudah, kalau begitu kamu jadi manusia saja.

Anak III
Lho, saya kan memang manusia.

Anak I
Oh iya, ya. Kok saya lupa kalau kita ini manusia. Baiklah. Untuk mengakhiri peran kita sebagai bebek, mari kita bernyanyi dan bermain. Mari nanyi Padang Bulan.

Anak-anak
kwek.. kwek kwek kwek… kwek kwek kwek…

Anak I
Hush! Sekarang kita jadi manusia. Bukan bebek lagi.

Anak-anak
Ooo….

Anak I
Ulangi!

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”red”] Baca Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

 

YO, PRO KONCO DOLANAN NING JOBO
PADANG MBULAN, PADANGE KOYO RINO
REMBULANE SING NGAWE-AWE
NGELINGAKE OJO PODO TURU SORE

ANAK X
[MASUK KE TENGAH PANGGUNG. DI TANGANNYA SEBUAH GADGET. IA SIBUK SENDIRI DENGAN MAINANNYA ITU.]

ANAK-ANAK
MENGERUBUNGI ANAK X.

ANAK ll
Wah, apa itu?

ANAK III
Itu namanya tablet.

ANAK IV
Kok koyok obat? Tablet, kapsul, cair.

ANAK X
Enak saja. Ini namanya gatged. Banyak permainannya di sini.

ANAK III
Permainan apa?

ANAK X
Ya macam-macam. Gamenya banyak.

ANAK II
Coba dong, mainin. Aku mau lihat.

ANAK I MENUNJUKKAN PERMAINAN DI GADGETNYA. DARI SATU SISI PANGGUNG, MEREKA PINDAH KE SISI LAINNYA, DAN PINDAH LAGI. DRAMA ANAK.

ANAK V
Aku pinjam dong.

ANAK X
Kamu nggak bisa mainnya. Minta beli sama orangtuamu sendiri aja.

ANAK IV
Harganya pasti mahal?

ANAK II
Iya, pasti mahal. Dan orangtua kita pasti tak bisa membelinya. Uangnya kan untuk biaya sekolah.

ANAK X
Ya, sudah. Kalau begitu aku main sendiri aja, yuk.

ANAK VI & VII
Aku ikut kamu, ya.

ANAK X
Boleh. Tapi nggak boleh pinjam.

KETIGA ANAK ITU BERPINDAH KE SISI PANGGUNG YANG LAIN. DRAMA ANAK.

ANAK V
Kita pulang, yuk.

ANAK IV
Eh, jangan. Kita main lagi aja.

ANAK II
Iya, betul. Sekarang kan sedang padang bulan. Apalagi besok libur.

ANAK VIII
Terus kita mau main apa dong?

ANAK III
Aku pengin dolanan Cublak-cublak Suweng.

ANAK II
Ojo. Penak Ular Naga wae. Yo, manut wae yo.

ANAK III
Yo, manut.

ANAK II
Piye, konco-konco?

ANAK-ANAK
Setuju!

ANAK II
Sambil nyanyi Gundul-gundul Pacul, ya.

ANAK-ANAK
Ya…

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”red”] Baca Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

 

SAAT ANAK-ANAK BERMAIN ULAR NAGA ANAK VI & VII IRI MELIHAT KECERIAAN MEREKA. KEDUANYA PUN IKUT BERGABUNG. BEGITU PULA DENGAN ANAK X, IA MERASA SEPI DAN AKHIRNYA IKUT BERGABUNG. SEMUA ANAK BERMAIN BERSAMA DENGAN DOLANAN ULAR NAGA.

PARA PENARI MASUK MENGELILINGI ANAK-ANAK. SETELAH MENARI, PENARI MENGAJAK ANAK-ANAK BERGANDENGAN TANGAN MEMBENTUK LINGKARAN. ANAK-ANAK KEMUDIAN MENYAMBUNG DENGAN PEMAINAN JAMURAN. DRAMA ANAK.

ANAK VIII
Leren, sik. Leren, sik. Aku capek.

ANAK-ANAK KEMUDIAN DUDUK-DUDUK SANTAI.

ANAK III
Aku juga capek.

ANAK II
Aku nggak Cuma capek, tapi juga haus.

ANAK V
Wah, warungnya sudah tutup. Kita nggak bisa jajan.

PENDONGENG MASUK MEMBAWA MINUMAN.

PENDONGENG
Sudah. Tidak perlu jajan. Minum ini saja.

ANAK-ANAK
Aseeekkk…

ANAK II
Gratis to ini?

PENDONGENG
Gratis buat kalian.

ANAK-ANAK
Terima kasih. (LALU MINUM BERSAMA)

PENDONGENG
Ngomong-ngomong, tadi kalian main apa?

ANAK VI
Anu, itu… Apa sih namanya…

ANAK IV
Dolanan Ular Naga sama Jamuran.

PENDONGENG
Wah, pasti seru itu. Kalian tahu tidak, kalau dolanan itu sudah ada sejak nenek moyang kita.

ANAK-ANAK
Belum tahu.

PENDONGENG
Mau tahu?

ANAK-ANAK
Mauuuu…..

PENDONGENG
Permainan Jamuran dikreasi oleh salah satu dari Walisongo, yaitu Sunan Giri. Permainan yang dimainkan oleh 4-12 orang ini memberikan pelajaran kepada kita untuk taat pada pemimpin. Pemimpin bilang apa, ya harus kita turuti. Karena tanpa ada pemimpin, tanpa ada yang mengatur, semua akan kacau. Termasuk aturan-aturan yang sudah dibuat oleh pemimpin, di mana pun kita berada. Kalau pemimpin membuat aturan lalu lintas, ada merah, hijau, kuning, pas lampu merah ya nerobos. Kalau pemimpin mewajibkan kita belajar sembilan tahun, ya wajib kita wajib belajar. Kalau ada jam wajib belajar, ya kita jangan menonton TV atau malah dolanan gadget. Paham to?

ANAK-ANAK
Paham….

ANAK III
Lha kalau Ular Tangga artinya apa?

PENDONGENG
Oh, kalau dalam permainan Ular Naga, kita diajarkan untuk mempertahankan apa yang kita miliki, menghargai orang lain, dan menjadi pemimpin yang baik mulai dari memimpin diri sendiri sampai memimpin orang lain. Seperti kita hidup bertetangga di kampung kita ini, kita harus saling menghargai dan menghomati agar mencapai kehidupan yang selaras dan harmonis. Kita sebagai anak-anak harus menghormati orangtua atau tetangga yang lebih tua. Pakai bahasa kromo inggil kalau mau matur sama orangtua. Jangan ceplas-ceplos. Itu tidak sopan. Betul?

ANAK-ANAK
Betul…

ANAK III
Kalau dolanan Cublak-cublak Suweng artinya apa ya?

PENDONGENG
Ada yang tahu artinya Cublak-cublak Suweng?

ANAK VI
Aku ngerti, anting-anting.

ANAK IV
Lha iyo, suweng itu anting-anting. Lha tapi apa artinya?

ANAK VI
Lha ya digantungin di telinga. Itu benda berharga.

ANAK IV
Semua orang juga tahu.

PENDONGENG
Wis, wis. Ojo do gelut. Sing akur. Orang yang bertengkar itu karena menuruti kebodohan nafsunya. Kalau sudah menuruti nafsu, maka diibaratkan seperti gudel, anak kebo. Kita anak manusia atau anak kebo?

ANAK-ANAK
Anak manusia…

PENDONGENG
Nah, makanya kita tak boleh bertengkar. Gudel itu seperti lagu di dalam Cublak-cublak Suweng. Mambu ketundhung gudel. Orang bodoh itu akan selalu kebingungan dalam mencari tujuan hidupnya atau cita-citanya, berbeda dengan orang bijaksana yang sudah mengerti ke mana tujuannya dan apa cita-citanya. Hayo, siapa yang mau jadi dokter?

ANAK-ANAK
Saya…

PENDONGENG
Siapa mau jadi Presiden?

ANAK-ANAK
Saya….

PENDONGENG
Siapa mau jadi Menteri?

ANAK-ANAK
Saya….

PENDONGENG
Siapa mau jadi Polisi?

ANAK-ANAK
Saya….

PENDONGENG
Lha kok mau jadi semua. Yo wis, mugo-mugo dadi kabeh. Dadi wong kabeh, nggak ada yang jadi pedet. Siapa yang tahu pencipta Dolanan Cublak-cublak Suweng?

ANAK-ANAK
Nggak tahu…

PENDONGENG
Penciptanya adalah Sunan Giri. Sama seperti Dolanan Jamuran tadi. Permainan ini sangat kaya maknanya. Seperti juga permainan Dingklik Oglak-aglik yang mendukung perkembangan perilaku seperti kerjasama, sikap tidak mementingkan diri sendiri, kerja keras, dan kesantunan dalam berkomunikasi dengan teman bermain. Semuanya harus saling mengimbangi agar tidak jatuh. Itu artinya, kita hadup harus bergotong royong. Begitu juga dengan permainan Ancak-ancak Alis atau yang biasa disebut dengan permainan ular naga.
Sekarang saya tanya, siapa yang bisa main Dingklik Oglak-aglik?

ANAK-ANAK
Saya…

PENDONGENG
Siapa yang bisa main Ancak-ancak Alis?

ANAK-ANAK
Saya…

PENDONGENG
Siapa yang bisa main Cublak-cublak Suweng?

ANAK-ANAK
Saya…

PENDONGENG
Bagaimana Kalau kita main bersama?

ANAK-ANAK
Setuju…

ANAK-ANAK LALU MENYUSUN FORMASI UNTUK BERMAIN DINGKLIK OGLAK-AGLIK, DILANJUTKAN DENGAN ANCAK-ANCAK ALIS DAN CUBLAK-CUBLAK SUWENG. MEREKA TERLIHAT RIANG DAN SALING MENERTAWAKAN JIKA ADA YANG SALAH. DRAMA ANAK.

SETELAH PERMAINAN TERAKHIR TELAH SAMPAI PUNCAK. LALU DATANGLAH SALAH SATU ORANG TUA.

Orang Tua
Iwan, sudah sore. Ayo pulang, mandi dulu.

Iwan
Yah… Ayah…

LALU IWAN NYANYI LAGU DI TEPI SUNGAI SERAYU DIIRINGI ANAK-ANAK LAINNYA. DRAMA ANAK.

PERTUNJUKAN BERAKHIR KETIKA MUSIK SELESAI. SEMUA PEMAIN BERKUMPUL DI ATAS PANGGUNG DAN MEMBERI SALAM KEPADA PENONTON.

–SELESAI–

Tuliskan komentar