Sepasang suami istri berniat memiliki anak setelah sekian tahun pernikahannya. Mereka pun datang kepada seorang yang mereka percayai bisa menolong. Orang itu kemudian memenuhi permintaan toleng mereka dengan memberikan barleycorn. “Barleycorn ini harus ditanam dalam pot bunga dan tunggulah yang terjadi selanjutnya,” katanya.

Benarlah. Tak lama kemudian, tumbuhlah kelopak bunga berwarna merah, lalu tumbuh lagi menjadi seorang anak perempuan mungil, lembut dan cantik. Ukurannya tak lebih dari ibu jari.

Thumbelina merasa senang hidup bersama ibunya yang manusia biasa. Ia tidur di ranjang yang terbuat dari kulit kenari dan suka bermain perahu dari dedaunan, mengarungi perairan yang berada di piring. Hidupnya nyaman dan bahagia sebelum ia diculik kodok tua.

Kodok itu berniat menikahkannya dengan putranya yang mengerikan bagi makhluk semungil Thumbelina. Ikan-ikan kecil yang mendengar kabar itu, memutuskan menolong Thumbelina. Mereka membuat perahu dari tankai hijau dan membawa Thumbelina menjauh dari si kodok. Dalam perjalanan, Thumbelina dicengkram oleh seekor kumbang dan menaruhnya pada bunga aster. Namun sayang, kehidupan Thumbelina tidak bahagia dan ditelantarkan. Banyak kumbang menyebutnya makhluk buruk rupa.

Ia merana dan kelaparan. Ia menyantap madu bunga. Ketika hampir musim dingin, ia bertemu dengan ibu tikus yang baik hati. Ia merasa senang hidup bersama tikus ladang dan akan terus bahagia seandainya tikus tua itu tak berniat menjodohkannya dengan tikus warok. Thumbelina takut dan ingin kabur.

Thumbelina kembali bersedih. Lalu datanglah burung layang-layang yang menyelamatkan hidupnya dan berhasil membawanya ke daratan yang hangat. Di sanalah ia bertemu dengan seorang raja yang tampan. Sang raja meminta Thumbelina menjadi ratu semua bunga. Thumbelina menerima pinangan itu dengan hati yang bahagia. Kehidupan mereka pun dipenuhi dengan suka cita. Thumbelina akhirnya berganti nama menjadi Blossom.

One thought on “Dongeng H. C. Andersen: Putri Thumbelina”

Tuliskan komentar