Menu

Di antara Reruntuhan Waktu | Arief Rahmanto

Aku membatu di antara reruntuhan waktu

saat semesta berpesta di tengah kancah

sesudah tubuh sempat lelah berumah,

memburu embus nafas para leluhur,

mengulur umur dalam kubur,

dan derap maut mau merenggut.

 

Lalu angin anganku ingin dingin

mendesir tafsir air mengalir

getir seperti bau anyir

darah dikekalkan tinta sejarah

di atas tanah yang merekah merah.

 

Sementara mata memandang cakrawala

di depan lautan api yang menyala-nyala

menimbang ambang masih mengawang

diiringi tabuhan genderang perang

semakin lama semakin kencang

dari asal muasal kegelisahan.

 

Tetapi benci dan cinta sulit menyatu

dengan deru cemberu dan rindu menyeru

dalam ruh-ruh separuh hidup pada pangkuan

ibu bumi yang selalu menunggumu,

meski kau ragu dibelenggu kematian tugu

di sebuah lintasan semesta kata-kata.

 

Apakah semesta harus seperti ini?

 

Sebelum akhirnya waktu berjanji kepadaku

ketika ia mengikhlaskan kesementaraan

seluruh manusia yang berurai air mata

di hadapan singgasana kata-kata.

 

Samirono, Desember 2017 – Januari 2018

 

 

 

 

 

 

Bernama lengkap Arief Rahmanto. Penikmat anime Jepang. Lahir di Bogor, 1997.

Tags:,

Tuliskan komentar