Aku membatu di antara reruntuhan waktu
saat semesta berpesta di tengah kancah
sesudah tubuh sempat lelah berumah,
memburu embus nafas para leluhur,
mengulur umur dalam kubur,
dan derap maut mau merenggut.
Lalu angin anganku ingin dingin
mendesir tafsir air mengalir
getir seperti bau anyir
darah dikekalkan tinta sejarah
di atas tanah yang merekah merah.
Sementara mata memandang cakrawala
di depan lautan api yang menyala-nyala
menimbang ambang masih mengawang
diiringi tabuhan genderang perang
semakin lama semakin kencang
dari asal muasal kegelisahan.
Tetapi benci dan cinta sulit menyatu
dengan deru cemberu dan rindu menyeru
dalam ruh-ruh separuh hidup pada pangkuan
ibu bumi yang selalu menunggumu,
meski kau ragu dibelenggu kematian tugu
di sebuah lintasan semesta kata-kata.
Apakah semesta harus seperti ini?
Sebelum akhirnya waktu berjanji kepadaku
ketika ia mengikhlaskan kesementaraan
seluruh manusia yang berurai air mata
di hadapan singgasana kata-kata.
Samirono, Desember 2017 – Januari 2018
Bernama lengkap Arief Rahmanto. Penikmat anime Jepang. Lahir di Bogor, 1997.