Menu

Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018

 

Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2018 kembali menyelenggarakan Pergelaran Musikalisasi Sastra. Sejak digelar pertama kali pada tahun 2013 terbukti acara ini menarik antusiasme masa pencinta seni dan sastra di Yogyakarta. Bekerja sama dengan Studio Pertunjukan Sastra, Pergelaran Musikalisasi Sastra kali ini akan dilangsungkan pada Sabtu dan Minggu, 1 dan 2 September 2018 pukul 19.30-22.00 di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta yang akan menghadirkan  enam penampil dengan jenis karakter beragam bentuk warna sajian pertunjukan. Enam penampil itu adalah Omah Gamelan Anon Suneko, Rupagangga, Kopibasi, Serat Djiwa, Mila Rosinta Art Dance, dan Mengayun Kayu.

Pergelaran Musikalisasi Sastra pada hari pertama, Sabtu, 1 September 2018 akan menyajikan tiga penampil. dengan mempertahankan tradisi Jawa, Omah Gamelan Anon Suneko akan membuka gelaran ini dengan menampilkan gending-gending “Kuwi Apa Kuwi” dan “Cakrawala” karya Ki Tjakrawasita dan “Bang-Bang Wis Rahina” karya Ki Hadi Sukatno serta tembang gurit dari “Loro Blonyo” karya Djaimin K. dalam balutan musik karawitan. Setelahnya akan ada Mengayun Kayu dengan nyanyian puisi atas karya Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo yang terdiri dari puisi “Nina Bobok”, “Masihkah Pagi Itu”, dan “Persahabatan”. Penutup sajian pada malam pertama, Rupagangga menghadirkan bentuk pertunjukan orkestra eksperimental musik berkolaborasi dengan Ni Putu Pradnya Krishna Sari dan Hamdy Salad yang akan membacakan puisi “Angin Pagi” karya Kirjomulyo, “Meditasi Debu” karya Hamdy Salad, “Kenduri Minta Hujan” karya Hari Leo AER, dan puisi “Berburu Ayat-Ayat Suci” karya Danarto.

Sementara itu, Pergelaran Musikalisasi Sastra pada hari kedua, Minggu, 2 September 2018 juga akan menyajikan tiga penampil. Grup musik Kopibasi menampilkan musik puisi populer dengan tajuk “Surat dari Tugu”. Grup ini menggarap puisi “Surat Kopi” karya Joko Pinurbo,  “Di Tugu” karya Omi Intan Naomi, “Sebuah Radio, Kumatikan” karya Dorothea Rosa Herliany, dan “Tontonan yang Melelahkan” karya Hasta Indriyana. Warna yang berbeda akan diperlihatkan oleh sekelompok pencinta musik etnik yang tergabung dalam Serat Djiwa. Hadir dengan puisi-puisi karya Kuntowijoyo, yakni “Nama-Nama”, “Kelahiran”, “Perkawinan”, “Perjalanan ke Langit”, dan “Sesudah Perjalanan”, Serat Djiwa akan menggubah teks puisi menjadi ekspresi bunyi instrumen musik atau menjadikan puisi menjadi musik yang selama ini digunakan istilahnya yaitu musikalisasi puisi. Sebagai puncak, Mila Rosinta Art Dance akan hadir membawakan novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma dalam pertunjukan gerak tari.

“Taman Budaya Yogyakarta menyelenggarakan acara tahunan bertajuk Pergelaran Musikalisasi Sastra yang akan menampilkan tafsir-tafsir musikal yang bersumber dari karya sastra. Penampilan dan pertunjukan sastra layak diapresiasi karena menggambarkan luasnya penafsiran musikal atas karya sastra karya para sastrawan Yogyakarta. Ada silaturahmi karya yang mewujud lewat Pergelaran Musikalisasi Sastra ini. Membahagiakan melihat teman-teman yang menampilkan karya musikalisasi sastra ini termasuk generasi muda yang masih penuh energi kreatif dan masih punya harapan besar untuk terus maju, berkembang melampaui generasi sebelumnya,” ujar Mustofa W. Hasyim selaku narasumber dari Studio Pertunjukan Sastra.

Mustofa W. Hasyim menambahkan, “Abad demi abad telah berlari kata Afrizal Malna. Abad 21 telah berganti abad 20. Keadannya berbeda. Generasinya berbeda. Pilihan-pilihan tafsir musikal dan teatrikal menghadapi teks sastra pun berbeda. Dan semua itu mengalir, bertumpu pada kreativitas yang tidak instan tetapi intens dipayungi oleh cakrawala kemungkinan estetik yang nyaris tidak terhingga. Pergelaran Musikalisasi Sastra tahun 2018 ini, antara lain juga dimaksudkan untuk merayakannya. Merayakan kreativitas dalam menafsirkan karya sastra dan merayakan terpeliharanya cakrawala kemungkinan estetika ketika menggali dan menggarap nilai-nilai yang tersembunyi di dalam karya sastra menjadi  karya pertunjukan sastra.”

Dra. Y. Eni Lestari Rahayu selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta mengutarakan hal yang senada, “Sejak tahun 2013 Taman Budaya Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan bertajuk Pergelaran Musikalisasi Sastra. Tentu selama enam tahun itu telah banyak ikhtiar atau upaya kreatif teman-teman seniman dan sastrawan yang dilakukan dengan penuh semangat untuk menghasilkan dan menyajikan karya pertunjukan sastra yang terbaik. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas prestasi yang telah dimunculkan selama enam kali  Pergelaran Musikalisasi Sastra ini. Itu semua menjadi kekayaan seni budaya yang sangat bernilai bagi Taman Budaya Yogyakarta dan bagi Yogyakarta pada umumnya.”

“Semoga sajian Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018 ini memberi makna dan berarti bagi pembinaan dan pengembangan pertunjukan sastra di Yogyakarta. Karya anak muda Yogyakarta ini memang berupaya menerobos berbagai keterbatasan gagasan dan capaian estetik yang sering menghantui para seniman dan sastrawan muda. Kami sangat mengapresiasi dan memberi perhatian terhadap karya yang mengandung terobosan seperti yang disajikan generasi muda Yogyakarta ini. Di tahun-tahun mendatang, kami dari Taman Budaya Yogyakarta terus menunggu hadirnya karya-karya seni pertunjukan sastra yang makin berkualitas dan makin bermakna bagi kemajuan seni pertunjukan sastra dan seni budaya di Yogyakarta,” pungkas Dra. Y. Eni Lestari Rahayu.

Tuliskan komentar