Apa yang mungkin terpikirkan di benakmu ketika mendengar nama jurusan Bahasa Indonesia? Jurusan yang hanya mempelajari bahasa Indonesia sampai ke akar-akarnya? Duh, kamu kudet! Banyak orang yang nggak tahu kalau ternyata jurusan Bahasa Indonesia nggak cuma terdiri dari satu program studi, salah satunya adalah jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang ada di Universitas Negeri Yogyakarta. Jurusan ini sendiri terbagi ke dalam dua prodi. Yang pertama namanya yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sementara yang kedua adalah Bahasa dan Sastra Indonesia (tanpa pendidikan) atau lebih dikenal dengan sebutan Sasindo.

Nggak cuma itu aja, masih banyak lagi hal menarik yang perlu kamu tahu dari seluk-beluk jurusan Bahasa Indonesia yang ada di UNY ini. Daripada penasaran, yuk langsung aja simak hasil investigasi #tualangkampus perdana Hipwee!

1. Kedua prodi di jurusan ini sama-sama belajar bahasa Indonesia, tapi punya genre outfit yang berbeda!
Bukan rahasia umum lagi kalau anak sastra terkenal dengan dandanannya yang terkesan urakan dan awut-awutan, termasuk para mahasiswa Sasindo UNY ini. Kaus, jeans, snickers, dan sandal gunung adalah outfit andalan mereka saat ke kampus. Lain lagi dengan mahasiswa prodi PBSI yang mengenakan kemeja, rok dan celana bahan sebagai outfit wajib. Nggak heran, karena mereka memang disiapkan untuk menjadi pengajar.

“Kita tuh kalo soal kerapihan boleh jadi kalah, tapi kalo bicara soal kreatifitas kita selalu menang” -Kopong, Kepala Suku Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) 2015

2. Kajian drama, matkul yang paling berkesan dan menjadi favorit mahasiswa
Saat ditanya mata kuliah apa yang paling disuka, beberapa mahasiswa kompak menjawab Kajian Drama! Nggak heran, karena ini adalah mata kuliah yang paling menguras waktu, tenaga, biaya dan juga perasaan. Uniknya dalam mata kuliah ini, proses belajar mengajarnya menggunakan sistem praktik. Selama satu semester, mata kuliah ini diisi dengan persiapan dan latihan drama yang acara puncaknya nanti akan menampilkan pagelaran sebagai bagian dari parade teater tahunan PBSI UNY.

3. Malam Perjamuan Sastra adalah panggung bebas anak-anak jurusan PBSI yang legendaris, tapi kini sudah tiada. Pembubarannya masih menyisakan kontroversi
Malam Perjamuan Sastra adalah pentas apresiasi sastra dalam bentuk panggung bebas yang menampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, pentas monolog, mini teater, screening film, dan bedah karya maupun diskusi umum yang dulunya digelar rutin setiap malam Sabtu dan berpusat di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lama. Tujuan utama acara ini adalah sebagai wadah para mahasiswa untuk mengekspresikan diri dan ajang silaturahmi untuk mengakrabkan semua mahasiswa dari berbagai angkatan.

Namun, sayangnya acara ini dihapus pada 20 November 2015 karena beberapa inisiator acaranya menganggap situasi dan lingkungan kampus mengalami dekadensi. Sangat disayangkan memang, mengingat detail lebih lanjut tentang ‘dekadensi’ yang dimaksud pun hingga kini masih menjadi pertanyaan.

4. Sebagai bagian dari rumpun sastra, mahasiswa jurusan PBSI sangat apresiatif terhadap seni. Salah satu caranya adalah dengan menonton mbak-mbak cantik ini latihan tari
Satu fakultas dengan jurusan Seni Tari memang jadi berkah tersendiri. Nongkrong di pendopo sambil melihat mahasiswi jurusan itu tengah latihan menari bisa membuat kepenatan sedikit terobati. Modusnya sih duduk-duduk sambil ngerjain tugas dan diskusi, tapi bohong sih kalau nggak sambil lirik kanan lirik kiri. Hmmmm~

5. Nongkrong seru di Kantin Ungu adalah kegiatan sehari-hari mahasiswanya
Kalau main ke FBS UNY, nggak lengkap rasanya kalau belum mampir ke Kantin Ungu. Kantin ikonik ini adalah spot favorit mahasiswa untuk sekadar istirahat, makan, nongkrong, ngerjain tugas, ataupun diskusi. Sebelumnya bangunan ini sempat dua kali pindah lokasi. Dari yang awalnya di parkiran, lalu ke dekat stage tari, sampai akhirnya dipindah ke tempatnya yang sekarang. Nuansanya yang didominasi warna ungu ini merupakan ciri khas dari Fakultas Bahasa dan Seni.

6. Asyiknya kongkow-kongkow di Pendopo Tejakusumo
Bangunan yang kental akan nuansa adat jawa ini memang serbaguna. Selain digunakan sebagai ruang publik untuk mahasiswa melakukan berbagai kegiatan, ternyata bangunan ini juga disewakan untuk tempat resepsi pernikahan. Setiap harinya, pendopo Tejakusumo ini nggak pernah sepi. Selalu ada mahasiswa yang melakukan aktivitas seperti mengerjakan tugas, diskusi, kuliah tari, atau sekadar lesehan sambil duduk-duduk santai.

7. Mengenal Suminto A. Sayuti, dosen favorit lintas angkatan
Di setiap jurusan pasti ada beberapa dosen yang menjadi favorit para mahasiswa. Dari beberapa mahasiswa yang berhasil kami sodori pertanyaan ini, nama yang paling sering disebut adalah Suminto A. Sayuti. Beliau ini adalah dosen dan guru besar sekaligus penyair dan seniman. Keistimewaan dari dosen yang satu ini adalah cara mengajarnya yang asyik, santai dan nggak kaku. Gayanya yang kasual dan nggak terlalu formal saat mengajar bikin mahasiswa betah di kelas. Konon katanya, mahasiswa yang skripsinya dibimbing oleh Bapak Suminto adalah mahasiswa yang beruntung. Besar kemungkinan presentasinya akan lancar jaya dalam sidang nanti karena beliau adalah dosen yang disegani.

8. Beberapa sosok sastrawan yang jadi alumni kebanggaan
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY banyak meluluskan alumni-alumni berprestasi yang karya-karyanya sudah dikenal luas. Beberapa di antaranya adalah Kedung Darma Romansha, Eko Triono, dan Rozi Kembara.

Di dunia kesenian, Kedung Darma Romansha sudah dikenal sebagai penyair, pemain teater, sastrawan dan pemain film. Karya yang sudah ditelurkannya adalah trilogi buku Kelir Slindet, Telembuk, dan Uterus. Sementara Eko Triono adalah penulis yang juga sudah menelurkan beberapa buku, salah satunya berjudul Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon. Tak ketinggalan, Rozi Kembara meski kurang beruntung di kampus ungu, puisi-puisinya tetap bergelora di dunia kepenulisan sastra, khususnya di Jogja.

9. Dilema di balik Akreditasi A
Menurut pengakuan dari beberapa mahasiswa jurusan PBSI yang berhasil ditemui Hipwee, mereka mengeluhkan beberapa kebijakan yang diambil oleh jurusan. Beberapa kebijakan tersebut dinilai hanya berorientasi untuk mengejar prestis dan ambisi para petinggi dalam mempertahankan akreditasi A jurusan PBSI, sehingga dianggap mengesampingkan kepentingan mahasiswa. Imbasnya, peraturan ketat diberlakukan dan terjadi ‘penertiban’ besar-besar dalam berbagai aspek. Karena hal itu pula, sebagian mahasiswa merasa pihak jurusan malah jadi terkesan seperti mengekang dan membatasi ruang gerak mahasiswa.

Nah gimana? Udah dapat gambaran ‘kan gimana serunya kuliah di jurusan Bahasa Indonesia? Mau jadi pengajar atau sastrawan sama-sama keren kok! Lupakan stigma yang membeda-bedakan jurusan favorit dan nggak favorit. Karena semua jurusan itu punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ya kalau emang passion, apa salahnya?

 

Sumber: http://bit.ly/2yoYWOD