Menu

Dada yang Patah | Puisi-Puisi Novy Noorhayati Syahfida

Dada Yang Patah

 

Tiga puluh hari sudah kutanam doa-doa

setinggi ombak seluas samudra

sejauh mata mengingat segala kenang

yang tertinggal hanyalah baying-bayang

yang alpa meneguhkan nyala menara suar

karam dalam kepak nyanyi camar

 

kau tahu, betapa sulitnya membunuh ingatan

membungkam langit bergambar kepedihan

sebab akulah ruang remang pada reruntuhan karang

terang matahari yang begitu nyalang

kelak membakar tubuhku, dadaku, asaku

juga semua cerita tentangmu

 

dan kini, separuh hatimu bukan lagi aku!

 

Tangerang, 30 September (E)

 

Alamat Rindu

 

pada duka mana lagi harus kupalingkan wajah

sedang rindu tak mengenal kata sejarah

tangan-tangan yang menggapai dalam gundah

mengunci mulutku dalam tasbih gelisah

ketika turun gerimis pertama yang basah

 

kau kunang-kunang yang riuh beterbangan

meniupkan luka demi luka di atas kenangan

menerbangkan sisa harapan di tangan

mati sebelum padam lampu jalanan

sebelum subuh menggemakan azan

 

kepedihan singgah begitu sempurna

menetes diam-diam di dalam dada

rinduku sudah teramat ingin pulang

meski perih sembilu akan menghadang

kupinta restu dalam doadoa yang tualang

 

Sepanjang Ciledug-Kedoya, 1 Oktober (E)

 

Waktu Yang Diam

 

Diam-diam ia menepi

karena kepergian adalah kepedihan yang sunyi

berkali-kali dibunuhnya debar hati

meski keinginan kerap tak mau mati

selebihnya hanya ada sepi

 

jika waktu dapat mengelabui jarum jam

dibiarkannya doa-doa yang tak pernah khatam

percakapan-percakapan yang tenggelam

seperti ingatan yang ingin pergi dari masa silam

kemudian menghilang dalam diam

 

diam-diam ia pergi, tak lagi duduk di sini

tidakkah kau sadari?

 

Tangerang

 

Dalam Tubuhku

 

dalam tubuhku mengalir jalan-jalan rindu

jalan yang berkelok penuh liku

yang terjal berbatu-batu

 

dadaku, tempat segala tertumpah

segala puja-puji dan sumpah serapah

saat waktu kehilangan arah

 

sepasang lengan yang erat menggenggam namamu

tercampak sia-sia dalam nyeri duka

berkubang tetes air mata

 

setelah kau lukis senja di punggungku

cerita apalagi yang akan kau gores di jantungku

sebagai luka dengan seribu ngilu?

 

Tangerang, 20 September (E)

 

Luka

 

pada jemari waktu yang tabah

kuserahkan segala luka yang paling basah

sepasang ingatan yang gagal menghapus rindu

seperti puisi-puisiku yang tenggelam di beranda matamu

 

waktu ke waktu ingin segera berlari

membujuk nyeri yang kerap sambangi nadi

tegar memainkan ingatan pada deretan namamu

rebahkan kenangan atas nama masa lalu

 

telah kau buat luka sedalam lembah

securam dinding tebing yang gagah

seluas samudra membuncah

selepas takdir memisah, lelah

 

Tangerang, 13 September (E)

 

 

Biodata Penulis

Novy Noorhayati Syahfida lahir pada tanggal 12 November di Jakarta. Alumni Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dari Universitas Pasundan Bandung. Puisi-puisinya telah dipublikasikan di berbagai media cetak, media online, dan juga di lebih dari 90 buku antologi bersama. Namanya juga tercantum dalam Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia (Kosa Kata Kita, 2012). Tiga buku kumpulan puisi tunggalnya yang berjudul Atas Nama Cinta (Shell-Jagat Tempurung, 2012), Kuukir Senja dari Balik Jendela (Oase Qalbu, 2013) dan Labirin (Metabook, 2015) telah terbit. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kontraktor dan menetap di Tangerang.

 

Ilustrasi oleh Mathorian Enka.

No Responses

Tuliskan komentar