Menu

Covid-19 Membunuh Ekonomi Keluargaku | Cerpen Agustinus Kowe

 

Di senja merah jingga sepasang burung menari-nari dan menukik-nukik di atas hamparan sawah. Sudah 10 tahun kami sekeluarga hidup di kota dan kini kembali ke kampung tempatku di besarkan dalam dunia yang begitu mengesankan, oleh kedua orangtuaku. Terigat kembali aku bersama teman-teman, dulu menjaga burung  pipit yang sedang terbang mencari makan di antara himpitan batang padi yang sedang berbunga. Pikiranku melayang-layang seakan kembali ke masa kecil yang begitu bahagia, tanpa beban hidup dan menjalani dengan kepalsuan kami masing-masing inilah kisahku selengkapnya.

Namaku Gusto, ayahku bekerja di sebuah perusahan kecap di kampungku dan ibu sebagai manajer di perusahaan yang sama dengan ayah. Karena kinerja ayah dan ibu sangat bagus dan dapat di percaya. Oleh sebab itu, mereka dipindahkan ke kota untuk bekerja di perusahaan yang sama. Walaupun sama kualitasnya tentu sangat berbeda dengan pendapatan di kampung. Nah, seiring dengan berjalanya waktu, kami tinggal di sebuah Kota, sebut saja Kota Jakarta dan meninggalkan kampung di Papua. Dengan keadaan ekonomi yang memuaskan dan gaji dari kedua orangtuaku yang cukup untuk menghidupi keluarga, serta membayar kontrakkan rumah dan menyekolahkanku, tak lupa pula mereka menyisipkan tabungan kecil-kecilan dari hasil kerja mereka.

Begitulah kehidupan keluarga kami. Namun, timbullah bulan terakhir perusahaan mengalami investor yang tidak sampai pada pelanggan. Hal ini karena bandara, pelabuhan dan tempat-tempat tertentu ditutup yang disebabkan oleh virus corona. Ayah dan ibu merasa resah memikirkan kehidupan kami dan apalagi hidup di kota sangat bergantung pada banyaknya uang yang ditabung sehingga dengan itu bisa menghidupkan keluarga.

Karena memikirkan hal ini ayah dan ibuku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pegawai perusahan dan kembali ke kampung. Sesuai dengan protokol kesehatan, kami sekeluarga mengikuti rapid test agar bisa pulang dari Jakarta ke Papua, dan puji Tuhan bahwa saat itu kami semua negatif dan bisa berangkat ke Papua. Dalam perjalanan kami merasa bahagia bisa menikmati kembali suasana seperti dulu lagi. Kemudian sesuai anjuran Pemeritahan setempat kami sekeluarga harus mengikuti karantina. Dan kami sekeluarga mengikuti protokol tersebut dengan lapang dada.

Hari-hari kami lalui tak terasa sudah hari yang ke-14 masa karantina berakhir. Tetapi ayahku memutuskan untuk rapid test kembali dengan alasan yang cukup meyakinkan yaitu bisa sehat seperti pemeriksaan awal. Singkat cerita ketika hasilnya keluar ternyata nasib nas melanda kedua orangtuaku dan mereka terpapar Covid-19 dan tinggal aku seorang diri yang hasilnya negatif. Walaupun pada saat itu kami karantina bersama mereka selama kurang lebih 14 hari, mungkin karena daya tahan tubuhku sangat kuat maka aku dinyatakan negatif. Nah dari saat itulah kami berpisah. Aku kembali ke rumah dan ayah dan ibu dirawat di rumah sakit. Kami hanya bisa berkomunikasi lewat video call.

Kejadian ini mengajarkanku untuk hidup mandiri, bekerja keras dan menjaga kesehatan serta mengikuti protokol kesehatan, yang ternyata begitu penting bagi kehidupan. Tak terasa waktu telah berlalu tabungan kedua orangtuaku semakin menipis, ada banyak pengeluaran yang harus aku gunakan untuk memenuhi kehidupanku sendiri dan kebutuhan kedua orangtuaku selama karantina. Waktu berjalan begitu cepat hingga tabungan orangtuaku habis digunakan dan puji Tuhan kedua orangtuaku dinyatakan sembuh dari penyakit pandemi Covid-19 dan bisa berkumpul kembali di rumah.

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/fiksi/prosa/” type=”big” color=”lightblue” newwindow=”yes”] Baca Juga Kumpulan Prosa Suku Sastra[/button]

Waktu itu hari Senin pukul 06.00 WIT. Telepon rumahku berdering. Aku pun melangkah menjawab telpon dan ternyata itu telpon dari rumah sakit yang memberitahukan agar kedua orangtuaku segera dijemput. Aku merasa bangga, dan senang karena bisa berkumpul kembali bersama kedua orangtuaku berbagi cerita, bercanda gurau dan berbagi pengalaman mereka selama masa karantina. Kejadian ini sangat begitu berharga karena mengajarkan kami sekeluarga arti dari cara menjaga kesehatan. Pengalaman ini menjadi pengalaman pertama dalam hidup di mana keadaan ekonomi dan tabungan yang sudah kedua orangtuaku persiapkan untuk masa depan keluarga, hilang karena pandemi Covid-19 dengan pengeluaran yang begitu banyak.

Aku bersyukur kepada Tuhan, karena Dia masih memperkenankan kedua orangtuaku memperoleh kesembuhan dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala tanpa merasa ada hambatan dan rasa takut. Hingga saat ini kedua orangtuaku menjadi figur yang menyuarakan betapa pentingnya hidup sehat. Jangan pernah takut untuk memelihara pola hidup sehat  dengan terus mengikuti protokol kesehatan. Meskipun harus menguras harta sebagai pengorbanan itu bukanlah hal penting karena harta masih bisa dicari sedangkan nyawa tak ada duanya. Semoga kisah singkat keluargaku ini bisa menjadi teladan hidup di masa pandemi Covid-19 ini, terutama dalam proses membangun keluarga sehat.

No Responses

Tuliskan komentar