Menu

Cerita di Balik Novel Mendung Tanpo Udan | Puthut EA

Kepala suku mojok.co ngobrol bareng Kukuh Prasetyo Kudamai dan Fairuzul Mumtaz. Kukuh merupakan pencipta dan pelantun lagu yang fenomenal; Mendung Tanpo Udan. Lagu tersebut dialih wahakan dalam bentuk novel oleh Fairuzul Mumtaz. Kepala suku membedah lagu dan novel tersebut besama mereka.

 

Setiap kali saya ditanya orang, apakah buku X itu bagus atau tidak, setiap kali itu pula saya teringat ceramah seorang ustaz yang menurut saya bukan hanya jenaka, melainkan kontekstual dengan kondisi mutakhir kebanyakan manusia.

Ustaz tersebut sering ditanya kenapa kalau ceramah selalu lucu? Beliau menjawab, “Kasihan orang zaman sekarang. Di kantor, mereka punya beban kerja. Ketika di rumah, harus menyelesaikan masalah rumah tangga dan tetek-bengeknya. Di jalanan, macet dan penuh orang ugal-ugalan. Nonton teve, isinya para politikus yang egois dan maunya tiga periode (kalau ini tambahan dari saya, hehe). Eh, masuk masjid, ditakut-takuti terus soal masuk neraka. Kasihan…”

 

[button link=”https://sukusastra.com/?s=mendung+tanpo+udan” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Juga Artikel Mendung Tanpa Udan[/button]

 

Demikian juga sialnya menjadi pembaca buku di Indonesia, kalau mesti dicekoki: Buku yang bagus adalah bla bla bla.

Buku itu mirip makanan, yang satu memberi nutrisi pada badan, yang satu pada pikiran. Pecel plus tempe bacem dan telor, pasti bergizi. Tapi kalau kamu sedang ngopi sore, pengen rileks, minum kopi atau teh dengan teman-teman, makan pecel bukannya bergizi malah bermasalah. Ribet. Cocoknya mungkin ya makan pisang goreng atau keripik talas. Kalau akan tidur kok baca buku filsafat atau ekonomi, gak jadi tidur, Bos. Malah bikin pikiran ruwet. Bacanya yang ringan-ringan, yang asyik-asyik.

Novel Mendung Tanpo Udan ini jenis novel ringan, yang sangat filmis. Mengandalkan peristiwa dan pengadegan. Mudah dan enak dibaca. Mungkin pas naik kereta atau sedang sambil ngafe. Novel ini berdasarkan tafsir penulisnya atas mini album penyanyi yang lagi ngehits tapi tetap rendah hati. Saking rendah hatinya, lagunya bergema di Paris, dia tidak dikasih tahu penyanyi yang menyanyikannya. Repot.

Ngobrol dengan mereka berdua, lucu sekali. Banyak ketawa. Apalagi penulis novelnya, saya gojlok habis-habisan. Baru kali ini, saya bisa nggojlok narasumber #putcast secara all out. Wkwkkw…

O ya, silakan beli bukunya. Di dalamnya ada CD mini album, dan bisa dibeli juga kaosnya. Adem dan nyaman dipakai. Bisa dibeli di @radiobuku atau @warungarsip. Silakan.

Dan silakan simak #putcast berikut ini.

 

 

Tuliskan komentar