Antusiasme menyebabkan kami, baik panitia maupun peserta, alpa tidak membuat catatan harian kegiatan pertemuan VI hingga VIII. Tidak bisa dihindari: draf cerpen dan kritik makin jelas wujud akhirnya setelah lima pertemuan dengan narasumber ahli dan asistensi Suku Sastra.
Selama tiga pertemuan terakhir, seluruh sumber daya memang difokuskan untuk menuntaskan draf yang telah begitu intensif dirancang, dibangun, dikonsultasikan, dibongkar, dipugar, diedit, dipresentasikan, dicincang-cincang dan, tentu saja, direnung-renungkan di antara gebalau kesibukan lain di luar program.
Notula internal masing-masing kelompok, baik kelompok Lokakarya Penulisan Kritik Sastra maupun Laboratorium Penulisan Prosa Fiksi Eksperimental, tentu ditulis. Namun, tentu juga, yang internal itu sebaiknya tetap internal.
Pertemuan VI: Presentasi Karya
Untuk pertemuan keenam, kami menyiarkan undangan terbuka melalui instagram dan Whatsapp. Beberapa teman dari komunitas luar maupun penggiat sastra dan literasi hadir.
Pada Sabtu, 5 Oktober 2024, di hadapan hadirin, dalam ruang galeri The Ratan yang sejuk oleh pendingin ruangan, tiap peserta diberi tantangan untuk mengajukan konsep dan melaporkan kemajuan draf masing-masing dalam waktu lima menit.
Dalam waktu seringkas itu, peserta kelas cerpen–sebutan singkat untuk nama resmi program yang sangat panjang: Laboratorium Penulisan Prosa Fiksi Eksperimental–menyajikan judul, sinopsis, gaya tutur, dan aspek eksperimental yang ditonjolkan.
Peserta kelas kritik–juga sebutan singkat untuk nama resmi yang juga panjang: Lokakarya Penulisan Kritik Sastra–mengajukan objek material, alasan pemilihan objek material, teori atau landasan pemikiran yang digunakan untuk mengkritik karya tersebut, dan hipotesis.
Fairuzul Mumtaz selaku ketua Komunitas Sastra Suku Sastra (ya, inilah nama resmi komunitas kami) menjelaskan bahwa dalam pertemuan ini, para peserta diwajibkan telah menyelesaikan drafnya minimal tujuh puluh lima persen. Sehingga, setelah pertemuan kedelapan, panitia bisa lekas memberikan draf final kepada penata letak.
Harapannya, tahap penataan letak dan pemeriksaan aksara bisa dilakukan dengan cepat dan buku hasil karya peserta telah siap sebelum tanggal peluncuran, yang sekaligus akan menjadi penutup kegiatan, yaitu pada 26 Oktober 2024.
Untunglah pertemuan keenam yang disebut Presentasi Karya ini berlangsung produktif. Dimulai pukul empat sore, gairah bertukar pendapat yang meluap-luap membuat acara molor. Sedianya, kami ingin mengakhiri pada pukul enam. Apa daya, para penulis dan pembaca itu meminta waktu ditambah.
Namun, panitia dengan tegas memungkasi acara pada pukul tujuh malam. Antusiasme bisa bikin orang lupa bahwa tubuh dan pikiran butuh istirahat. Para peserta dan panitia yang masih ingin berdiskusi dipersilakan melanjutkan di luar forum.
Pertemuan VII dan VIII: Asistensi
Untuk dua tahap terakhir kegiatan, yaitu pertemuan VII dan VIII, peserta tiap kelas dibagi menjadi dua, masing-masing lima orang. Pertimbangannya, pada tahap ini akan dilakukan asistensi one on one, yang mencakup pemantapan konsep, penyuntingan, dan pemeriksaan aksara secara cermat. Akan dibutuhkan waktu dan stamina, baik fisik maupun emosional dan intelektual, yang lebih dari biasanya. Brenda, Kiarra, Dhafi, Zsazsa, Jade, Kikin, dan lain-lain bahu-membahu melaksanakan asistensi.
Pertemuan VII berlangsung pada Jumat, 11 Oktober 2024, dimulai pukul tiga sore dan baru berakhir pada pukul sembilan malam. Peserta kelas cerpen pada hari itu adalah Bangkit, Latief, Ica, Arif, dan Misni, sedangkan peserta kelas kritik adalah Hadi, Marisa, Ajeng, Dani, dan Roby.
Pada Pertemuan VIII, Sabtu, 12 Oktober 2024, yang merupakan hari terakhir lokakarya untuk kedua kelompok, peserta kelas cerpen yang hadir adalah Desy, Tannia, Khansa, Lintang, dan Fransiska (secara daring). Peserta kelas kritik adalah Thoriq, Jhoty, Ruli, Naufal (Madno), dan Zsazsa, yang menggantikan peserta yang mengundurkan diri tiba-tiba.
Energi benar-benar terkuras–fisik, emosional, dan intelektual–selama dua hari berturut-turut. Apalagi suhu udara siang hari tercatat tiga puluh empat derajat! Namun, antusiasme selama pertemuan-pertemuan sebelumnya, terlebih menjelang pertemuan-pertemuan terakhir, mau tak mau membuat panitia takjub: para peserta begitu konsisten hingga hari terakhir.
Delapan kali pertemuan tentu akan terasa menjemukan kalau bukan karena adanya gairah yang besar!
Antusiasme itu pula yang membuat panitia merasa lebih ringan. Andaikata karya kritik dan cerpen yang dihasilkan nanti dianggap tidak cukup layak oleh publik, kami akan tetap bangga karena kami, setidaknya, telah berhasil menyelesaikan sebuah tugas yang dibantu banyak pihak, terutama Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, yang dinaungi oleh Badan Bahasa di bawah Kemendikbudristek.
Segera setelah selesai dengan kesalahan yang minimal, semua draf akan diserahkan kepada penata letak dan pemeriksa aksara, lalu dikirimkan ke percetakan. Rasanya kami tak sabar menunggu kedua buku itu keluar dari mesin cetak: jerih payah kami selama hampir dua bulan.