Studio Pertunjukan Sastra bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta menggelar acara Bincang-Bincang Sastra edisi ke 156 mengusung tajuk “Tempuran: Dialog Sastra, Musik, Tari, dan Rupa”. Kali ini Studio Pertunjukan Sastra menghadirkan kembali sejumlah penampil di balik suguhan Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018 “Cakrawala Yogyakarta” yang telah berlangsung pada tanggal 1 dan 2 September 2018 di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta lalu. Yang akan berbagi kisah proses kreatif penciptaan karya Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018 ialah Anon Suneko perwakilan dari Omah Gamelan, Ayu Saraswati atau lebih karib dengan nama panggung Mengayun Kayu, Bodhi I.A. perwakilan dari Rupagangga, Galih Fajar dan Mathorian Enka perwakilan dari Kopibasi, Dian Adi M.R. dan Justitias Jellita perwakilan dari Serat Djiwa, dan Mila Rosinta dari Mila Art Dance. Acara ini akan diselenggarakan pada Minggu, 30 September 2018 pukul 19.30 di Lobi Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, terbuka untuk umum dan gratis.

“Studio Pertunjukan Sastra sengaja menghadirkan kembali nama-nama personel yang telah bahu-membahu mewujudkan sebuah pergelaran sastra berkualitas yang hadir tidak hanya sebagai tontonan yang menghibur namun juga memberikan kesegaran, warna baru di cakrawala panggung pertunjukan sastra Yogyakarta. Tajuk “Cakrawala Yogyakarta” agaknya benar-benar mewujud dalam Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018 lalu. Tanggapan positif dari berbagai pihak tiada henti diterima panitia sesaat dan setelah acara berlangsung. Atas dasar itu, panitia mengundang dan menghadirkan kembali para penampil untuk berbincang bersama, menilik kembali peristiwa-peristiwa di belakang panggung yang tidak banyak diketahui khalayak ramai,” ujar Mustofa W. hasyim, selaku ketua Studio Pertunjukan Sastra dan tim kreatif acara.

Mustofa W. Hasyim menuturkan, “Cakrawala kreativitas estetika yang dihadirkan para penampil yang notabene memiliki latar belakang berbagai genre, yakni seni tradisi karawitan, musik instrumentalia, musik eksperimental, musik etnik, musik modern, dan tari berhasil menyajikan suatu pergelaran sastra yang mengejutkan. Energi generasi muda melampaui imajinasi. Tampak adanya lompatan dari model pertunjukan sastra yang sudah ada sebelumnya di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa Yogyakarta menyimpan bermacam ragam kreativitas seni yang memungkinkan untuk dipadukan dengan karya sastra.”

Sukandar dan Latief S. Nugraha yang juga tim kreatif acara tersebut menambahkan, bahwa acara Pergelaran Musikalisasi Sastra tempo hari merupakan tempuran, tempat bertemu aliran-aliran ekspresi semangat kreativitas berkesenian. Sukandar menyatakan, “Studio Pertunjukan Sastra sudah lebih dari sepuluh tahun konsisten ‘mengawal geliat sastra Yogya’. Dari perjalanan itu dijumpai dan ditemukan kemungkinan-kemungkinan baru, kususnya pertunjukan sastra yang sayang jika tidak digali dan dihadirkan ke hadapan publik yang luas. Oleh karenanya ketika Seksi Dokumentasi dan Informasi Taman Budaya Yogyakarta memberikan kepercayaan kepada Studio Pertunjukan Sastra, kami semaksimal mungkin mempersembahkan sebuah pergelaran yang sungguh-sungguh digelar seluas-luasnya sebagai cakrawala yang menghadirkan ‘hal-hal yang tak selesai’, meminjam istilah Goenawan Mohamad, dalam karya sastra. Kita masih bisa terus berdialog, berbincang bersama mengenai karya sastra yang dihadirkan maupun bentuk pertunjukan yang disajikan.”

“Bincang-Bincang Sastra sebagai acara reguler Studio Pertunjukan Sastra kali ini membuka ruang dialog antara sastra, musik, tari, dan rupa. Selain sastra, musik, dan tari yang tersaji dalam Pergelaran Musikalisasi Sastra awal bulan September lalu, tata artistik panggung juga hadir mewujudkan perpaduan warna dan ornamen pernak-pernik cantik di atas panggung. Adalah Agung Nugroho, perupa di balik tata artistik penghias acara yang diselenggarakan selama dua malam di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta itu. Di lobi gedung juga digelar bazar buku seni dan sastra serta pameran lukisan sosok dan karya para sastrawan yang karyanya dirayakan. Keterlibatan banyak pihak dalam mengemas acara Pergelaran Musikalisasi Sastra dengan animo massa penonton yang tak terbendung sehingga gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta tak dapat menampungnya itu sayang jika harus dilewatkan begitu saja. Maka, perbincangan tentang apa dan bagaimana yang terjadi dalam proses kreatif penyelenggarakan acara tersebut dihadirkan Studio Pertunjukan Sastra sebagai semacam ‘laporan pertanggungjawaban’ kepada masyarakat,” pungkas Latief S. Nugraha.

 

Tuliskan komentar