Ini kali pertama aku berkencan dengan pagi dalam sebulan
langit pandai merias wajahnya yang kasmaran
tanpa pelangi dan wewangian
Aku memangku ayat-ayat api buah tangan Pak Sapardi
aku menanggung benih-benih harapan para seniman kopi
aku memilah-milah hidup antara layak atau terzalimi
Sepasang perkutut lewat gemerciknya
tak sanggup menyangkal kegelisahan
di bawah terik dewa ruci, aku telan secangkir hasrat
meleleh, melebur bercampur buaian semangat
saat seketika napasku berkibar semakin erat
Cuaca pagi ini terasa sedikit lebih hangat
menutupi luka hati sepanjang pergi
menjahit alam raya yang robek
sebab memiliki Indonesia
sebab kita semua kelewat murka
sebab aku dan kamu sungguh kita
sebab mau tak mau tetap manusia
Ini kali pertama aku berkencan dengan pagi dalam tidurku
aku coba kembali menyulut bibirmu yang merah
ayat-ayat api Pak Sapardi mulai terbakar
kita semua tak terkendali, berapi-api menunggu sepi,
atau terkapar-kapar mengemis simpati?
14 Agustus 2019