Ben Duduk-Duduk di Muara Hari

Ben Duduk-Duduk di Muara Hari

Star Wars VIII

Aku duduk-duduk di muara hari.
Menanti raga habis dicamili senja.
Tak sudi memutar kemudi,
sebab sama-sama tahu
cinta takkan selamat sampai ke tepian.

“Pulanglah,” kata cintaku di balik karang diterpa ombak.

Oh, sayangku,
tidakkah kau lihat?
Anjungan telah menjemput di pelupuk matamu.

Tapi, di sanalah kau,
bagaikan seorang buta tuli terus memintaku pulang
tanpa sekali pun kau sambut jala
yang hendak membawamu berlayar
mengarungi samudra bersamaku.

Selamat tinggal, Kasih!
Takkan kutambat jangkar
kedua kalinya.
Bila perlu kutenggelamkan kau
dalam gelombang pasang kenangan 
yang perlahan mengikis diriku.
Akan kubiarkan kau hanyut bersamanya
seperti gurat-gurat rasa di pesisir
yang tak menyisakan jejak.
Sebab, hatiku selalu terbelah
antara berlayar dan berlabuh.
Dan kapalku berangsur karam diterjang dilema.

Apakah kau senang mendengarnya, cintaku?
Separuh jiwaku?

Aku tak kuasa lagi 
membaca rasi bintang,
tak jua merasai ke mana angin berembus.
Jarum kompasku berkarat.
Petaku terkunci rapat dalam peti hatimu.
Lalu kau melemparnya ke lautan lepas.
Oh la la…
Rupanya aku bukan pelaut andal!
Aku hanya seorang bocah yang pura-pura melayar.
Dan sekarang lihatlah betapa aku kehilangan arah!

Aku duduk-duduk di muara hari,
mendengar daratan tempat kita menjalin rasa
berbisik lara.
Katanya, “Ben, pulanglah.”

Tapi, cintaku terlanjur basah kuyup.
Takkan selamat sampai ke tepian.

Tangerang, Tahun Baru 2018