Menu

Belajar Demokrasi Sejak Dini Melalui 4 Pilar

Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Dr. H. Hilmy Miuhammad, M.A. menyelenggarakan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di MTs Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta pada Kamis (14/03). Menurutnya, sosialisasi ini rutin digelar setiap tahun oleh setiap anggota MPR RI.

Lebih lanjutnya, pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut menyatakan bahwa di antara hal penting yang perlu ditekankan untuk para siswa adalah belajar demokrasi sejak dini. Sebab, dua puluh tahun ke depan, saat Indonesia mencapai usia 100 tahun, para siswa inilah yang akan menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, para siswa penting untuk belajar demokrasi melalui politik.

“Sebagai santri, kita memiliki ajaran akhlakul karimah yang bisa kita Integrasikan dalam politik. Jadi politik yang dijalankan santri adalah politik akhlakul karimah, yang tidak main politik uang, tidak menjelek-jelekkan orang lain, dan lain sebagainya,” ujar Gus Hilmy dalam pemaparan materinya.

Gus Hilmy menekankan bahwa kita perlu bersyukur sebab hidup di negara Indonesia. Menurutnya, Indonesia bukan negara Islam dan juga bukan negara agama, tetapi mampu melindungi setiap agama dan para pemeluknya.

“Negara kita bukan negara Islam, bukan negara agama, tapi negara kita melindungi segenap pemeluk agama sekaligus menghormati setiap nilai dan ajarannya. Demikian juga kita punya sistem demokrasi, tetapi tidak sama dengan demokrasi sebagaimana berlaku di negara-negara Barat. Demokrasi kita adalah demokrasi Pancasila,” lanjut Gus Hilmy.

[button link=”https://sukusastra.com/?s=sosialisasi+4+pilar” type=”big” newwindow=”yes”] Baca Juga Artikel Sosialisasi 4 Pilar MPR RI[/button]

Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut adalah KH Nilzam Yahya, M.Ag. selaku kepala sekolah MTs Ali Maksum dan budayawan Miko Cakcoy.

Kiai Nilzam menuturkan bahwa negara Indonesia terdiri dari berbagai suku tetapi bisa rukun. Di antaranya karena memiliki kesepakatan bersama tentang falsafah hidup berbagsa dan juga dasar negara.

“Negara kita memiliki banyak suku, bahasa, tradisi, dan lain sebagainya. Tetapi kita bisa rukun. Di antara karena kita memiliki Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran toleransi dan bersatu benar-benar telah dimiliki oleh masyarakat kita. Hal ini karena kita sudah sepakat bentuk negara kita adalah NKRI,” jelasnya.

Sementara itu, Miko Cakcoy melihat bahwa praktik berpancasila dan berdemokrasi bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya melalui kumpul warga dan doa bersama.

“Kumpul warga itu bagian dari aplikasi nilai-nilai Pancasila. Apalagi juga kumpulnya itu doa bersama seperti dalam acara tahlilan atau selametan dalam tradisi Jawa,” ujar dalang muda tersebut.

Tuliskan komentar