Menu

Ayu Utami

 

Justina Ayu Utami atau yang dikenal dengan Ayu Utami, lahir di Bogor pada 21 November 1968. Lahir dari pasangan Johanes Hadi Sutaryo dan Bernadeta Suhartinah. Bungsu dari lima bersaudara ini dibesarkan di Jakarta dan menamatkan kuliah bahasa Rusia di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 

Ayu menempuh pendidikan di SD Regina Pacis, Bogor (1981), SMP Tarakanita 1 Jakarta (1984), SMA Tarakanita 1 Jakarta (1987). Selanjutnya, Ayu masuk Jurusan Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1994) dilanjutkan ke Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan (1999).

Ayu Utami dikenal sebagai aktivis, jurnalis, dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Ia sempat menekuni beberapa pekerjaan sebelum masuk dalam dunia jurnalistik. Sebagai salah satu finalis gadis sampul majalah femina (1990), Ayu Utami pernah mencoba menggeluti dunia model. Ayu juga pernah bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan pemasok senjata. Dia juga pernah bekerja di Hotel Arya Duta sebagai guest public relation

 

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/tokoh/” type=”big”] Silakan baca profil tokoh sastra lainnya[/button]

 

Dunia jurnalistik merupakan pekerjaan terakhir yang ia coba, dan Ayu merasa cocok dengan pekerjaan tersebut. Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor, dan Detik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.

Ayu Utami merupakan salah satu penulis yang mengangkat tema feminisme sejak tahun 1998. Buku pertamanya, Saman, berhasil meraih penghargaan Roman Terbaik di Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Pada akhir tahun 2001, ia meluncurkan novel Larung.

Berkat novelnya juga, muncul adanya istilah Sastra Wangi. Sastra Wangi ditujukan untuk penulis perempuan dalam menyampaikan ideologinya tentang feminisme. Sastra Wangi juga merupakan sebutan bagi karya sastra yang berusaha membinasakan cara pandang orang-orang yang menyudutkan perempuan. Ayu Utami mengangkat topik yang dianggap tabu dalam tulisannya, yaitu hak perempuan, kritik pada pemerintah, agama dan budaya.

Tuliskan komentar