Menu

Jagongan Wagen Tampilkan Suara-suara di Tengah Wabah

 

Laring, peraih Hibah Seni PSBK 2021 asal DKI Jakarta akan menampilkan karya terbarunya yang berjudul “BANE” pada presentasi Jagongan Wagen edisi keempat tahun ini. Dalam karya ini Laring akan menghadirkan suara-suara yang mereka catat di masa pandemi COVID-19 ke dalam sebuah pertunjukan. Karya pertunjukan ini merupakan sebuah hasil kolaborasi komposisi suara, teks, gerak, dan visual yang mengajak kita untuk bersama-sama merefleksikan ulang pengalaman kehilangan yang banyak hadir di masa pandemi COVID-19 ini.

 

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan Jagongan Wagen (JW) di bulan September tahun 2021 dengan menampilkan karya dari Laring yang berjudul “BANE”. Karya ini merupakan persembahan keempat yang tayang dalam platform Jagongan Wagen di tahun ini. PSBK akan menampilkan premiere karya baru ini di website jagonganwagen.psbk.or.id yang dapat diakses mulai Jumat, 24 September 2021 pukul 19:30 WIB. Penayangan Jagongan Wagen juga disertai dengan adanya Closed Caption bagi audiens dengan difabilitas.

Proses pendampingan kuratorial dan penciptaan karya ini berlangsung secara daring antara Jogja dan Jakarta. Produksi jarak jauh kali ini menjadi upaya yang menantang bagi ruang seni PSBK maupun kreativitas pelaku seni dalam menjawab situasi PPKM Darurat yang telah diberlakukan sejak bulan Juli lalu. Program Hibah Seni PSBK sejak awal telah menyediakan fasilitas peralatan maupun dukungan SDM keproduksian film karya pertunjukan di lokasi PSBK. Strategi produksi jarak jauh seperti ini menuntut seniman untuk menyediakan semuanya secara mandiri di lokasinya masing-masing.

“Tidak semua seniman mampu melakukan. PSBK sendiri juga perlu menyesuaikan business process-nya dengan mode jarak jauh, mulai dari pendampingan proses pengembangan kekaryaan, distribusi dan pengolahan materi pendukung karya, hingga koordinasi penyelenggaraan penayangan karya. Maka ketika kami bersepakat untuk meneruskan proses ini, kami apresiasi yang mendalam kepada komunitas Laring dan segenap pendukung produksi karena telah bekerja keras mewujudkan gagasan karyanya agar dapat diakses oleh masyarakat luas.” ungkap Istifadah Nur Rahma, Program Seni PSBK.

 

Tentang Karya ‘Bane’

Pandemi COVID-19 mengakibatkan perubahan pada tindak keseharian dan tatanan kebiasaan, serta mempengaruhi cara pandang setiap kita atas realita hidup. Kadar perubahannya pun beragam. Sebagian dari kita masih bisa melangsungkan agenda kehidupannya tanpa perubahan yang berarti. Sebagian yang lain harus melakukan berbagai adaptasi untuk pertahanan diri. Sebagian yang lain lagi, tak punya banyak kuasa untuk menghindar dari kehilangan pada apapun yang berada di atas bumi.

Sementara itu, “BANE” dibuat sebagai karya yang ingin mendialogkan tentang pengalaman kehilangan dan singgungannya terhadap peran-peran kemanusiaan.

Melalui Program Hibah Seni PSBK 2021, LARING dengan “BANE”nya yang telah dikemas dalam medium film, akan mempertunjukkan ketertarikannya atas catatan perilaku kehilangan semasa pandemi. Komposisi suara, teks, gerak, dan visual yang dipilih, dieksplorasi dari bentuk kehilangan orang-orang terdekat, kehilangan pekerjaan, kehilangan kebebasan berinteraksi, dan kehilangan hak sebagai warga negara untuk mendapatkan bantuan sosial negara.

Pengalaman kehilangan tersebut merupakan kumpulan pengalaman partisipan yang LARING libatkan dalam proses proses kreatif pembuatan karya. Tak lain dan tak bukan, “BANE” yang dalam Bahasa Sansekerta berarti suara atau bunyi ini, juga mewujud sebagai ungkapan bunyi perasaan manusia dalam mengelola rasa kehilangan.

[button link=”https://sukusastra.com/category/sastra/nonfiksi/” type=”big” color=”red”] Baca Artikel Lain[/button]

Tentang Laring

LARING adalah ruang kekaryaan bermedium bunyi yang dibentuk oleh Gema Swaratyagita (komponis) sejak tahun 2012. Diawali dengan sekuel karya pertunjukkan berjudul Laring: Sound of Differences (2012) dan Laring 2: Ragahulu (2013) yang banyak mengeksplorasi bunyi bambu.

Melalui pengalaman karya tersebutlah kemudian Gema berupaya untuk melanjutkan ruang berkarya tersebut dalam sejumlah karya berbasis seni kontemporer, terutama yang berkaitan dengan kerja kolaborasi antar seniman lintas seni, sekaligus menjadi wadah musisi dan seniman untuk mengeksplorasi bunyi.

Pada tahun 2018 ini, Laring juga menampilkan salah satu karya Gema yang berjudul “Tuwakatsa” untuk gong, vokal dan dalang pada International Gamelan Festival 2018 di Solo; Pementasan hibah seni karya inovatif Kelola dengan karya “Tubuka” (kolaborasi dengan Firsty Soe-Lighting Artists dan Fiameta Gabriela-Visual Artist) di Bentara Budaya Jakarta; dan terakhir Gema membawa Laring untuk mementaskan karyanya berjudul “Ngangon Kaedan: Dongeng Polifoni”(2018), “Ngangon Kaedan: Dari Ruang Rahim” (2019) & “Ngangon Kaedan: Jeng Sri” (2020).

Tuliskan komentar